Setelah merilis merk dagangnya di awal 2020 lalu, Cashlez kini resmi meluncur di Bursa Saham Indonesia (IDX). Cashlez merupakan perusahaan ke-27 yang melantai di IDX sepanjang 2020. Mereka juga menjadi perusahaan startup kedua yang tercatat melakukan pencatatan saham di Papan Akselerasi IDX, setelah sebelumnya Pigijo lebih dulu meluncur di awal 2020.
Harga penawaran perdana yang mereka tawarkan adalah sebesar Rp350 per lembar saham, dengan target penggalangan dana mencapai Rp 87,5 miliar. Harga saham tersebut sempat naik hingga mencapai Rp380 per lembar di hari pertamanya.
Kenaikan harga saham Cashlez di hari pertamanya malah berbanding terbalik dengan indeks saham gabungan yang menurun. Jakarta Composite Index (JCI) anjlok hingga ke masuk zona merah akibat sentimen ketidakpastian di tengah pasar modal.
Selaku Assessment Director IDX, I Gede Nyoman Yetna mengatakan, “Sebagai startup pembayaran fintech pertama yang terdaftar sekaligus alumni program inkubator Bursa Efek Indonesia, kami sangat berharap bahwa PT Cashlez Worldwide Indonesia.Tbk akan menjadi referensi untuk startup lain yang belum terdaftar di bursa untuk melantai ke pasar modal.”
Sedangkan Presiden Direktur Cashlez, Tee Teddy Setiawan, optimistis perusahaannya bisa berkembang melalui bursa saham Indonesia. Dana yang terkumpul dari penawaran saham ini nantinya juga akan dipakai untuk mengakuisisi PT Softorb Technology Indonesia (STI). Perusahaan penyedia solusi IT yang didirikan di tahun 2005.
Pada Maret lalu, Teddy mengatakan bahwa proses akuisisi tersebut sangat diperlukan untuk membangun pelayanan yang lengkap dalam aktivitas bertransaksi Cashlez ke depan. Untuk target ekspansinya sendiri, mereka berencana meningkatkan jumlah mitra pedagang pengguna Chashlez dari yang awalnya 7.000 menjadi 10.000 UKM selama 2020.