Istilah Artificial Intelligence bukan merupakan hal yang asing lagi bagi kita. Kehadiran artificial Intelligence (kecerdasan buatan) atau sering disebut AI dapat terlihat dalam aspek hidup kita sehari-hari.
Dengan kapasitas teknologi dan inovasi yang ada sekarang, banyak orang yang bertanya-tanya mengapa kita belum memiliki gawai canggih dan mobil terbang seperti yang ada di film-film sci-fi? Dapat dikatakan bahwa industri teknologi saat ini memang belum mencapai level yang diinginkan, mungkin pertanyaan yang lebih tepat ditanyakan ialah: apa masa depan yang mungkin dan bagaimana kita hidup berdampingan dengannya?
Kimihiro Nakamura, yang memimpin promosi IoT dan divisinya di Nikken Sekkei Ltd, sebuah firma arsitektur, perencanaan, dan engineering yang cukup dikenal, menyampaikan pendapatnya.
“Walau terdapat banyak kekhawatiran terkait topik AI, terutama dari (perusahaan –red.) raksasa teknologi, saya pikir jika itu membuat orang bahagia, maka itu merupakan perspektif dan ide yang penting untuk diakui.”
Lulus pada tahun 2010 dari Universitas Waseda, Fakultas Sains dan Teknik, Departemen Listrik, Informasi dan Bioteknologi, Kimihiro sejak awal mencari pemahaman tentang bagaimana manusia dapat hidup berdampingan dengan revolusi teknologi dan dia adalah salah satu dari sedikit yang bekerja untuk memungkinkan pemanfaatan teknologi tinggi (hi tech) untuk desain kota dan arsitektur serta mengusulkan inovasi untuk bangunan dan peralatan listrik.
“Memikirkan dan mengukur kesejahteraan manusia dan dengan memanfaatkan teknologi untuk desain ruang dan lingkungan merupakan salah satu peran yang dibawa oleh desainer.
Meskipun ruang virtual yang menggunakan VR akan menjadi kategori yang berkembang, kontribusi sosial terbesar kami mungkin adalah pencarian bagaimana kami dapat membangun lingkungan nyata yang jauh lebih baik daripada ruang virtual.”
Artificial General Intelligence: masa depan kota dan tren artificial intelligence
Jika Anda bertanya-tanya bagaimana Anda dapat mempersiapkan revolusi teknologi yang berkelanjutan sebagai pengembang, pemikiran untuk mengimbangi solusi pembelajaran mesin (Machine Learning) yang dikembangkan oleh para pengembang berpengalaman adalah kepastian tugas berat bagi setiap pemula untuk menyelesaikannya.
Setiap tahun kita melihat pengenalan metode baru tren pembelajaran mesin yang memungkinkan kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan metode lain atau memungkinkan insinyur memanfaatkan pembelajaran mendalam di bidang baru.
Pada tahun 2017, sebuah tes dilakukan untuk mengukur skor IQ yang dimiliki oleh ANI, Google AI, dan Siri. Skor IQ yang dimiliki oleh ketiga aplikasi asisten tersebut ialah 47, atau setara dengan IQ anak yang berusia enam tahun.
Namun, aplikasi asisten ini diakui sebagai jenis AI yang paling tidak berkembang. Dapat menjadi seberapa cerdas kah mereka?
Menurut Kimihiro, penting bagi manusia untuk kembali mempelajari dan memikirkan kembali definisi manusia sebagai makhluk hidup, secara kolektif kita perlu melihat kembali alasan mengapa kita menciptakan dan meningkatkan teknologi sejak awal.
“Satu hal yang saya teliti sebagai seorang profesional untuk berkontribusi pada inovasi menuju kebahagiaan seseorang” adalah kemungkinan mengukur kebahagiaan individu secara kuantitatif sambil meningkatkan kemudahan dan kenyamanan bangunan fasilitas dan lingkungan melalui sensor yang mengubah bangunan menjadi informasi lokasi dan data vital.
Data tersebut kemudian dapat ditangani oleh perusahaan perangkat lunak untuk diproses lebih lanjut untuk dianalisis. Bidang People Analytics dapat ditingkatkan dan dapat menghasilkan peningkatan bagaimana perusahaan dapat melayani individu dengan kualitas yang lebih baik.”
Semua sekarang siap untuk ditingkatkan oleh pengembang dan arsitek. Sementara industri bekerja untuk mencari solusi yang memungkinkan, apakah memang penting bagi setiap individu untuk mempertimbangkan lebih lanjut: Bisakah kita mengendalikannya tanpa dikendalikan?
Itu mungkin cara kita melangkah bersama-sama menuju pencapaian keseimbangan kehidupan teknologi.