“Apa yang kami bangun bukanlah aplikasi melainkan lembaga kesehatan masyarakat akan memasukkan API ke dalam aplikasi mereka sendiri yang dipasang pada tiap orang,” ujar Apple dan Google dalam sebuah pernyataan bersama.
Sistem pelacak Covid-19 yang dikembangkan Apple dan Google sudah siap digunakan. Latvia menjadi negara pertama yang akan menggunakan aplikasi untuk membantu melacak kontak pasien positif Covid-19. Berdasarkan data dari Worldometers, per tanggal 26 Mei 2020 terdapat total 1.049 kasus Covid-19. Sebanyak 712 orang telah sembuh, 22 orang meninggal dunia, dan tedapat 315 kasus aktif.
Aplikasi yang diberi nama Exposure Notification ini akan memancarkan memancarkan sinyal Bluetooth Low Energy (BLE) dari ponsel pengguna. Ponsel ini kemudian dapat merekam informasi anonim ponsel lain dalam jarak kurang lebih 2 meter. Informasi yang dikumpulkan terkait dengan pertemuan pengguna dengan pengguna lainnya.
Sistem pelacakan semacam ini sudah berjalan sebelumnya di beberapa negara, seperti Singapura dan Australia. Namun efektivitas sistem tersebut dirasa belum mumpuni karena iOS tidak mendukung aplikasi tersebut untuk menggunakan bluetooth dalam mengukur risiko infeksi.
Hal ini tidak perlu menjadi kekawatiran Exposure Notification karena akan dapat digunakan oleh mereka yang menggunakan sistem operasi iOS atau pun Android.
“Para pengembang percaya bahwa ketergantungan pada standar ini akan memastikan adopsi luas dan juga kompatibilitas dari waktu ke waktu dengan aplikasi pelacakan kontak di seluruh dunia yang juga diharapkan untuk mengadopsi kerangka pemberitahuan paparan yang sama,” kata pengembang aplikasi yang dikutip dari Reuters.
Cara kerja aplikasi ini mirip dengan cara kerja roaming jaringan seluler. Meski hanya berfungsi di Latvia, aplikasi ini memungkinkan interoperabilitas yang dapat tetap bekerja saat penggunanya bepergian ke luar negeri. Perbatasan antarnegara yang longgar dengan negara tetangganya (seperti Jerman, Swiss, dan Estonia), memungkinkan aplikasi ini digunakan lintas negara.
Apple dan Google telah memastikan bahwa pengembangan sistem pelacak ini telah disetujui oleh otoritas kesehatan. Selain itu mereka juga berkomitmen untuk menjaga privasi penggunanya dengan tidak melakukan pelacakan data lokasi GPS, seperti aplikasi pelacakan kontak pada umumnya.
Sistem pelacak ini juga dapat memutus mata rantai penyebaran karena dapat mengidentifikasi pasien OTG (orang tanpa gejala) yang secara tidak sadar dapat menyebarkan virus ke orang lain.