Hadirnya Facebook dan Paypal sebagai investor di PT Aplikasi Anak Bangsa atau Gojek melalui penggalangan dana putaran terbaru dikatakan sebagai kabar baik di tengah iklim investasi dan ekonomi Indonesia juga di tengah pandemi Covid-19 seperti sekarang ini.
Investasi dua perusahaan teknologi besar ini dinilai sebagai bukti kepercayaan investor asing yang tidak hanya pada masa depan Gojek sendiri di Indonesia, dan Asia Tenggara, namun juga umumnya bagi perkembangan ekonomi Indonesia.
Rhenald Kasali, Pendiri Rumah Perubahan yang kini juga mengembangkan Mahir Academy mengatakan, Facebook dan Paypal menjadi investor di Gojek merupakan suatu hal yang menarik dan diyakini akan berdampak positif bagi iklim investasi dan ekosistem bisnis di Indonesia.
“Biasanya [pergerakan investor] itu dari regional ke regional, jadi misalnya sesama Asia. Tapi ini dari Barat ke Indonesia, sehingga membuktikan prospek ekonomi Indonesia ini masih positif meski terjadi penurunan. Selain itu, ini membuktikan jika dana-dana yang dipompa oleh venture capital itu masih ada dan cukup memadai untuk membiayai startup di Indonesia,” tutur Rhenald, Senin (8/6).
Rhenald pun berharap investasi dua perusahaan teknologi besar itu akan mampu menggerakkan investor lokal yang selama ini menanamkan uangnya di luar negeri.
“Usaha yang digeluti saat ini itu akan mengalami declining. Sementara sektor ini justru menjanjikan dampak jangka panjang,” tukas Rhenald.
Selain itu, Rhenald juga menyoroti peluang besar yang tercipta dari masuknya dua investor baru ke Gojek tersebut untuk perkembangan UMKM dan industri pembayaran digital Indonesia.
Dikarenakan pengguna Facebook maupun Whatsapp yang cukup besar di Indonesia, menurut Rhenald, dengan sendirinya akan menciptakan akses yang besar bagi UMKM untuk memanfaatkan teknologi mereka untuk memasarkan produknya.
Rhenald juga meyakini hal itu akan melahirkan suatu kekuatan besar bila didukung dengan sistem pembayaran digital yang memadai.
“Dari yang saya baca, keinginan dari Whatsapp dan Facebook adalah menjadikan Gojek sebagai vehicle di Asia Tenggara. Hal ini mengingat Gojek sudah berhasil masuk di sejumlah negara Asia Tenggara, seperti Vietnam, Malaysia. Ke depan, sinergi ini akan semakin menggiring UMKM untuk lebih kencang memasarkan produknya dan tentunya untuk menggarap peluang lain di luar makanan dan minuman,” papar Rhenald.
Selain itu, Rhenald juga memprediksi Gojek akan berpeluang untuk memberikan banyak promo menarik untuk UMKM maupun konsumen yang tentunya dibutuhkan untuk kembali menggerakkan roda ekonomi nasional di tengah pandemi Covid-19 ini.
Sedangkan menurut Yudhistira Adhinegara pengamat ekonomi dari Indef Bhima menilai, dua investor besar itu pastinya melihat peluang menarik di industri berbasis digital di Indonesia.
Namun, Yudhistira mengingatkan jika investasi ini sejatinya dibutuhkan untuk menjaga cash flow sekaligus mendanai ekspansi pengembangan bisnis baru perusahaan, terutama terkait dengan pengembangan ekosistemnya.
“Menurut data Kemenkop UKM, UMKM yang memanfaatkan platform digital itu baru 13 persen. Ini artinya ekspansi bisnis Gojek diharapkan bisa mendorong lebih banyak UMKM yang terhubung ke platform digital. Makin melek digital, makin besar peluang UMKM untuk berkompetisi di era post-Covid,” pungkas Yudhistira.
(Indonesiatech)