Pada masa pandemi Covid-19 ini, gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) terus terjadi di bisnis berbasis digital dan tak bisa dihindari. Banyak perusahaan terpaksa mengambil keputusan berat tersebut demi mempertahankan bisnis, mulai dari perusahaan lama hingga startup.
Terbaru, Gojek melakukan PHK terhadap 430 karyawan. Sebelumnya ada juga Bukalapak dan OYO yang lebih dulu melakukan itu. Padahal, semula sektor bisnis tersebut sempat disebut sebagai bisnis masa depan.
Jefri R Sirait, Ketua Asosiasi Modal Ventura dan Startup Indonesia (Amvesindo) menilai, PHK merupakan salah satu kebijakan setiap perusahaan untuk menjaga bisnisnya.
“Situasi ini menjadi sharing pain. Kondisi ini akan sangat tergantung pada upaya perusahaan. Ini bisa menjadi perhatian kita bersama, terutama baik dalam kondisi pandemi ini dan perubahan teknologi dari capital intensif memerlukan perubahan ketenagakerjaan,” kata Jefri, Rabu (24/6).
Menurut Jefri, pemotongan gaji karyawan hingga PHK bukan hanya berpotensi dilakukan oleh startup, namun juga perusahaan pada umumnya, yang tertekan pendapatannya akibat dampak pandemi. Lain daripada itu, biaya pemasaran juga pastinya dipangkas untuk mendorong efisiensi.
“Komponen terbesar bagi sebagian besar startup yakni man-power dan pemasaran,” kata Jefri.
Jefri mengingatkan startup untuk tidak lengah dan tetap menerapkan manajemen krisis. Pengusaha dan perusahaan harus menentukan strategi untuk saat ini dan masa krisis yang akan datang. Sebab, potensi PHK belum bisa hilang.
Lain daripada itu, Jefri mengatakan, startup di bidang pendidikan, kesehatan, teknologi finansial (fintech), dan logistik menjadi sektor incaran investor saat ini.
“Perubahan perilaku yang terjadi, membuat terobosan startup terus berinovasi untuk menjawab respons atas kebijakan social distancing. Di masa yang akan datang investasi terus meningkat dengan kekuatan inovasi digital,” ujar Jefri.
(Indonesiatech)