Pandemi Covid-19 telah membuat berbagai sektor bisnis terguncang. Startup yang bergerak pada sektor transportasi merupakan salah satu sektor yang terdampak paling besar. Menurut data dari layoffs.fyi sejak tanggal 11 Maret 2020, sudah ada 14.171 pegawai startup seluruh dunia bidang transportasi yang terkena dampak restrukturisasi.
Keputusan untuk melakukan restrukturisasi berkaitan erat dengan keputusan perusahaan untuk melakukan konsolidasi bisnis. Dengan mengubah strategi menjadi fokus pada bisnis inti, startup dinilai akan lebih mampu bertahan di tengah pandemi.
Startup karya anak bangsa, Gojek, pun mengambil langkah serupa. Pada 23 Maret lalu, Gojek mengumumkan akan fokus pada layanan utamanya, yaitu transportasi online, pesan-antar makanan, dan uang elektronik. Hal ini membuat Gojek harus melakukan restrukturisasi dan melepas sejumlah pegawai dari divisi layanan yang terdampak pandemi.
Rhenald Kasali, Pengamat Bisnis serta founder Rumah Perubahan, mengatakan bahwa saat ini semua sektor bisnis sedang terdampak pandemi. Maka dari itu ia menilai keputusan perusahaan untuk melakukan restrukturisasi adalah hal yang wajar, karena dalam kondisi ini opex (operational expenditure) lebih penting diperhatikan, dibanding capex (capital expenditure).
“Dalam hal capex, perusahaan bisa menundanya tapi untuk opex, saat ini semua perusahaan dituntut melakukan penghematan,” ujar Rhenald.
Ia juga mengatakan agar keputusan startup yang melakukan reorganisasi bisnis ini tidak perlu didramatisasi. Keputusan tersebut menurut Rhenald bukan lah suatu ukuran daya tahan perusahaan, karena daya tahan bisnis perusahaan terletak pada bidang bisnisnya.
“Saat perusahaan memiliki dana cukup, dia bisa eksplorasi. Tapi selanjutnya, dari hasil eksplorasi itu, dia bisa menilai bisnis mana yang akan jadi fokusnya. Kemudian ketika terjadi guncangan ekonomi, semua perusahaan harus lakukan pemangkasan, trimming,” jelas Rhenald.
Poltak Hotradero, Pengamat Ekonomi yang juga Business Development Advisor Bursa Efek Indonesia (BEI), juga mengungkapkan bahwa Gojek memilih langkah tepat dengan melakukan konsolidasi ke bisnis intinya.
“Jika pada awalnya dia mungkin ekspansi dengan membuka layanan tambahan, lalu di tengah jalan dia konsolidasi, itu lebih karena dia menganalisa lini apa yang bisa tumbuh, mana yang tidak bisa. Lalu jika akhirnya dia memutuskan memperkuat lini usaha tertentu, keputusan itu wajar,” tutur Poltak.
Kondisi pandemi yang menerpa seluruh dunia ini belum pernah terjadi sebelumnya. Dalam tataran global, Poltak juga menyebutkan terjadi konsolidasi yang bertujuan memperkuat bisnis inti.
Hal ini dapat ditemui pada sektor bisnis yang terdampak pandemi, seperti penerbangan, akomodasi, hingga pembiayaan. Meski demikian, Poltak menyebutkan bisnis pengantaran (delivery) justru mengalami pertumbuhan di tengah pandemi.