Pengamat Ekonomi asal Sulawesi Utara, Frederik G Worang menilai, Gojek menutup layanan GoLife dan fokus pada core business adalah Langkah yang tepat. Sebab jika layanan tersebut dipaksakan tetap dibuka akan berpotensi menimbulkan inefisiensi dan kerugian yang juga berdampak kepada karyawannya itu sendiri.
“Yang ditutup itu layanan yang mengharuskan pertemuan fisik seperti GoClean dan GoMassage, itu tidak akan jalan selama pandemi ini. Kalau tetap jalan akan dianggap mengabaikan upaya pencegahan Covid-19 dan terjadi inefesiensi,” tulis Frederik melalui sebuah pesan singkat Whatsapp, Jumat (26/6).
Konsekuensi yang Gojek ambil untuk mengurangi banyak sumber daya manusia (SDM) dinilai Frederik sebagai strategi bisnis yang tepat dan sudah mempertimbagkan berbagai aspek, tidak hanya profit namun sampai ke tanggung jawab sosial.
“Dalam bisnis umumnya berprinsip bagaimana dengan input kecil menghasilkan profit semaksimal mungkin bahkan kadang mengabaikan faktor kemanusiaan,” kata Frederik.
“Tapi saya yakin Gojek tidak seperti itu. Gojek memulai bisnisnya dari sangat kecil dan memberdayakan orang banyak. Pasti langkah pengurangan SDM-pun sudah dipertimbangkan,” sambungnya.
Frederik yakin, Gojek bisa bertahan di tengah pandemi COVID-19 dikarenakan layanan inti Gojek selama pandemi, seperti GoSend dan GoFood, mengalami peningkatan.
“Saya fikir mereka sudah mempertimbangkan kerugian dan profit yang akan didapat. Daripada semua terhenti, lebih baik ada yang dikorbankan. Itu normatif dan wajar,” ujar Frederik.
Selain itu, Frederik juga yakin Gojek akan memberikan kompensasi layak terhadap SDM yang diberhentikan agar tetap bisa melanjutkan ekonomi setelah keluar dari perusahaan.
“Saya yakin Gojek akan memperhatikan tanggung jawab sosial terhadap SDM yang diberhentikan,” tegasnya.
(Indonesiatech)