Raksasa investor asal Jepang, Softbank, nampaknya tidak luput dari badai krisis yang diakibatkan oleh pandemi Covid-19. Setelah beberapa perusahaan portofolionya mengalami penurunan valuasi, Softbank mencatat kerugian tahunan sebesar US$12,7 miliar atau setara Rp181,2 triliun.
Berbagai upaya dilakukan oleh Masayoshi Son, pendiri dan CEO Softbank, untuk menyelamatkan perusahaannya agar makin terperosok di ‘lembah corona’. Meski kerugian yang dialami Softbank, mengguncang banyak investor, Son yakin bahwa strategi pemulihannya akan berhasil.
Pada rapat virtual pemegang saham, Son terlihat lebih optimis ketika melaporkan kerugian yang merupakan kerugian terburuk Softbank. Ia pun menyebutkan bahwa masyarakat Jepang mengira perusahaannya itu ‘Softpunku’, permainan kata dalam bahasa Jepang yang dapat diartikan sebagai ‘Softbankrupt’ dalam bahasa Inggris.
Dalam menghadapi krisis ini, Son memilih untuk menggelontorkan Rp 42 triliun untuk membeli kembali (buyback) saham yang dimiliki Softbank. Selain itu, Son memutuskan untuk melakukan penjualan aset sebesar Rp665 triliun. Dana yang didapat dari penjualan aset tersebut kemudian dipakai untuk melakukan buyback saham.
Proses penjualan aset sejauh ini sudah mencapai 80 persen, tetapi Son tidak menguraikan bagian yang tersisa. Awal pekan ini, Softbank mengkonfirmasi bahwa mereka melakukan pembongkaran sekitar US$20 miliar (setara Rp287 miliar) nilai saham di T-Mobile.
Meski sedang mengalami kerugian besar, Son memilih untuk menaikkan gaji CEO Vision Fund, Rajeev Misra, pada awal Juni lalu. Vision fund merupakan unit investasi Softbank yang juga merupakan investor beberapa startup besar, seperti Tokopedia, Grab, WeWork, dan Uber.
Son membela kenaikan gaji yang dialami para petinggi ekskutif di perusahaannya tersebut. Ia menyebutkan bahwa tanggung jawab terkait kinerja keuangan Softbank adalah miliknya.
Para deputi Softbank awalnya menentang investasi pada startup WeWork, yang pada tahun lalu gagal melantai di bursa saham dan meminta dana talangan dari Softbank. Son mengatakan bahwa dirinya lah yang mendorong keputusan investasi tersebut, dan sebagai bentuk tanggung jawab ia akan menerima potongan gaji.
Son mendapat 209 juta yen (setara Rp27 miliar dengan kurs 27 Juni 2020) untuk tahun fiskal terakhir, jumlah tersebut sudah mendapat potongan 9% dibandingkan tahun sebelumnya. Ia mengatakan akan mengambil potongan pembayaran 50% pada tahun ini menjadi 100 juta yen atau setara Rp13 miliar.