Kehidupan masyarakat seluruh dunia saat ini sedang diuji dengan keberadaan pandemi Covid-19, dalam artian harus menyesuaikan gaya hidup dengan keadaan saat ini. Sektor kesehatan, ekonomi, hingga pendidikan kini mengalami pergeseran sebagai bentuk adaptasi. Namun ternyata keberadaan virus corona ini dapat menjadi gambaran bagaimana sebuah negara dapat berkembang menjadi smart nation.
John Vong, Visiting Research Professor dari Indonesia International Institute for Life Sciences (i3L) Indonesia, menjelaskan bahwa konsep smart nation membutuhkan smart people yang bergantung pada smart education.
“Pelatihan tidak hanya mengacu pada pendidikan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan teknologi dan sains, namun juga mengacu pada ilmu-ilmu yang harus segera diaplikasikan,” jelas Vong.
Menurut Vong, sebelum memberikan pelatihan kepada murid, guru pun harus mendapat pelatihan terkait cara memberikan pelatihan yang efektif pada muridnya. Selain itu murid-murid harus dilatih untuk bekerja dalam industri baru, seperti transportasi online, telemedicine, atau pun fintech.
Untuk dapat mengembangkan tenaga kerja secara holistik, Vong juga menambahkan bahwa teknologi dan sains harus diajarkan bersamaan dengan ilmu sosial. Seperti misalnya mengikuti kelas bahasa asing dapat membantu tenaga kerja untuk bekerja dalam lingkungan multikultural dan membuka berbagai pintu kesempatan.
Smart nation juga memperhitungkan smart health. Karena menurut Vong, negara yang penduduknya kerap terserang penyakit, tidak dapat disebut ‘smart’ atau pintar. Selain itu, cuti atau dispensasi akibat sakit juga disebut akan mengurangi tingkat produktivitas.
Untuk dapat menjadi smart nation, sebuah negara juga perlu memiliki smart mobility yang meliputi semua sektor transportasi. Perkembangan pesat Gojek, Uber, dan Grab sebagai perusahaan yang terkait smar mobility, menandakan bahwa infrastruktur dasar sangat lah penting.
Kehadiran smart technology, smart education, serta smart mobility akan berinteraksi dengan smart finance. Smart nation memerlukan orang-orang yang tahu cara memahami, menggunakan, dan mengaplikasikan perbankan pribadi.
“Hal itu sangat disayangkan mengingat keuangan tidak hanya berkaitan dengan pekerjaan di perusahan finansial, namun juga berguna untuk pengaturan keuangan pribadi,” jelas Vong.
Erakusari D. Ristanti, Postgraduate Researcher UNAI Indonesia menjelaskan bahwa untuk mengatur pilar-pilar suatu bangsa diperlukan dukungan usaha yang sistematis dan terkoordinasi.
“Peraturan, birokrasi, dan prosedur administratif harus bekerja secara berkesinambungan. Ketika hal-hal tersebut berjalan secara paralel, maka konsep smart nation berpeluang lebih besar untuk terealisasi,” jelas Erakusari.