Ekosistem startup yang stabil dan kondusif bergantung pada kemampuan para pemangku kepentingan (stakeholders) dalam berkolaborasi.
Fithra Faisal Hastiadi, Pengamat Ekonomi Digital Universitas Indonesia dan Direktur Eksekutif Next Policy, mengatakan bahwa pemangku kepentingan yang dimaksud ialah pelaku industri, pemerintah, komunitas, dan universitas.
“Saya melihat bahwa yang perlu diperhatikan bukan dari sisi pelakunya, tetapi multistakeholder agar kestabilan dari ekosistem dapat terjaga. Konsep ini diterapkan di Sillicon Valley,” tutur Fithra.
Keempat pihak tersebut harus melakukan penyamaan persepsi, karena selama ini menurut Fithra terdapat perbedaan arah yang dituju.
“Pemerintah ingin meregulasi, pelaku ingin fokus kepada bisnis sendiri, industri punya R & D sendiri yang terpisah, dan universitas juga punya penelitian sendiri. Kurangnya kolaborasi hanya membuat pencapaian tersebut sekadar menjadi potensi,” jelasnya.
Pandemi Covid-19 ini dianggap menjadi momen tepat untuk dapat mempertemukan kepentingan seiring dengan upaya pemulihan ekonomi yang dilakukan pemerintah. Menurut Fithra, pemerintah harus memiliki inisiatif untuk memfasilitasi para pemangku kepentingan lainnya di ekosistem startup.
Intan Wibisono, Head of Corporate Communications Bukalapak, mengatakan bahwa kolaborasi berbasis data dan inovasi yang fokus memberi solusi bagi masyarakat merupakan kunci keberlangsungan bisnis pada masa sekarang.
“Contoh, kami baru saja meluncurkan lebih banyak produk virtual pada warung Mitra Bukalapak. Termasuk juga penyediaan layanan pembayaran pajak daerah secara online, yang bekerjasama dengan 4 provinsi di Indonesia (DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta).
Perusahaan juga melihat bahwa penyesuaian yang sigap dengan perubahan/tren/pola perilaku masyarakat, sambil tetap memperhatikan kepuasan pelanggan juga menjadi hal utama dalam menjaga tren positif ekosistem.”
Ekosistem startup Jakarta dalam laporan Global Startup Ecosystem Report dari startup Genome, berhasil menempati peringkat dua sebagai ekosistem terbaik. Nilai ekosistem startup Jakarta mencapai US$26,3 miliar dan berhasil melahirkan lima startup bervaluasi lebih dari US$1 miliar dalam 10 tahun terakhir.
Nilai tersebut mengungguli ekosistem startup di negara lain, seperti Kuala Lumpur (Malaysia), Mumbai (India), serta Guangzhou dan Nanjing (Tiongkok).