Luckin Coffee Inc. merupakan salah satu startup yang mengalami pertumbuhan paling cepat dalam sejarah modern. Kehadirannya di lantai bursa saham (initial public offering – IPO) pada tahun 2019 pun menjadi salah satu yang paling ditunggu.
Didirikan pada tahun 2017 oleh Qian Zhiya, startup ritel minuman ini sempat mengancam dominasi Starbucks dalam waktu tiga tahun. Padahal Starbucks sudah beroperasi selama dua dekade lebih dulu.
Startup ini dikenal menggunakan strategi bakar uang untuk mengembangkan usahanya. Strategi ini meliputi diskon besar, pemasaran masif dan biaya akuisisi pelanggan, serta upaya ekspansi global yang mahal.
Investor pun sempat khawatir dengan strategi bakar uang ini karena tidak yakin apakah Luckin Coffee dapat mempertahakan pelanggan tanpa subsidi. Kekhawatiran ini sempat membuat saham Luckin Coffee anjlok 7% seminggu setelah membuka penawaran saham perdana.
Meski sudah tumbuh pesat dan memiliki gerai yang lebih banyak dari gerai Starbucks di Tiongkok, Luckin Coffee kini terjerat skandal pemalsuan profit hingga ratusan juta dolar AS.
Pada awal April 2020, Luckin mengatakan bahwa penyelidikan internal telah membuktikan COO (chief operating officer), Jian Liu, dan karyawan lainnya memalsukan transaksi penjualan. Setidaknya US$310 juta dari penjualan selama tiga kuartal sebelumnya telah digelembungkan.
Skandal pemalsuan ini sudah dilakukan sejak April 2019, atau sebulan Luckin Coffee melakukan menawarkan saham perdana. Pemalsuan ini dilakukan dengan cara membeli puluhan juta voucher kopi gratis melalui pembeli palsu dan perusahaan yang tidak dikenal.
Saham Luckin pun dihapus (mengalami delisting) dari bursa Nasdaq. Sebelumnya, Luckin dianggap terburu-buru melantai di bursa saham, meski masih memiliki catatan seperti adanya perbedaan jumlah penjualan kopi dan jumlah cangkir yang keluar dari persediaan.
Salah satu investor Luckin mengatakan bahwa perusahaan yang melakukan strategi bakar uang akan memanfaatkan pasar dengan cepat sebelum kesempatannya tertutup.
Eddie Tam, pendiri Hedge Fund Central Asset Investments Hong Kong, mengatakan bahwa banyak startup yang memanfaatkan uang investor untuk bertahan. Namun startup tersebut tidak memperbaiki model bisnis atau pun strategi yang sebenarnya berbahaya bagi startup tersebut.
“Tiap peningkatan keuangan lahir dari bakar uang milik investor. Uang baru menggantikan uang lama. Mereka tak pernah memperbaiki tindakan mereka dari waktu ke waktu. Model bisnis mereka riskan, bukan model bisnis terdepan,” ujar Tam, dilansir dari Nikkei.
Sebelum dihapus oleh Nasdaq, saham Luckin sempat anjlok hingga lebih dari 84% setelah mengumumkan temuan penyelidikan internal tersebut.