Hampir separuh atau 50% dari banyaknya startup digital di Indonesia optimistis mampu bertahan hingga satu tahun ke depan bahkan lebih meskipun krisis ekonomi akibat pandemi Covid-19 sejak Maret lalu. Bahkan, sebanyak 21% startup di antaranya mampu bertahan hingga kuartal 1 2021.
“Sisanya, 10% startup mampu bertahan hingga akhir Juni 2020 dan 20% lainnya bisa bertahan dalam tempo 3-6 bulan ke depan,” ujar Mulya Amri selaku Direktur Riset Katadata Insight Center, dalam webinar bertajuk Pandemi Covid: Dampak Terhadap Pelaku Ekonomi Digital, Kamis (9/6).
Webinar tersebut merupakan kerja sama Katadata dengan Ditjen Aplikasi Informatika, Kementerian Komunikasi dan Informatika.
Dalam webinar tersebut Mulya juga menyampaikan bahwa ada sejumlah cara yang dilakukan oleh startup digital untuk bisa bertahan di tengah pandemi. Sebanyak 52% dari banyaknya startup di Indonesia melakukan pengurangan biaya operasional. Selain itu, sebanyak 41% startup melakukan pengurangan biaya promosi dan ada 32% yang mengurangi biaya produksi. Kemudian ada 35% yang melakukan pemotongan gaji karyawan dan sekitar 24,5% melakukan pemangkasan jumlah karyawan atau PHK.
Survei Katadata Insight Center pada 139 eksekutif perusahaan startup digital pada Mei hingga Juni 2020 memperlihatkan kecenderungan startup yang tidak melakukan banyak perubahan strategi pada masa pandemic ini.
“Tapi dari perubahan yang dilakukan, kebanyakan terkait jumlah dan jenis produk/layanan. Perubahan jenis produk/layanan didorong perubahan preferensi konsumen yang cenderung mencari barang kebutuhan pokok dan yang terkait kesehatan,” kata Mulya.
Dari hasil survei ini, diketahui juga perubahan kondisi startup sebelum dan setelah pandemi dimulai. Sebelumnya, sebesar 74,8% startup masih berkondisi baik atau sangat baik. Namun saat survei dilakukan Mei hingga Juni, tersisa 33% perusahaan saja yang baik dan sangat baik. Sisanya, sebanyak 24,5% dalam kondisi biasa saja dan bahkan 42,5% startup digital berada dalam kondisi buruk atau sangat buruk.
Lebih jauh lagi, survei ini juga memperlihatkan bahwa sektor pariwisata, sektor ekosistem pendukung digitalisasi dan maritim menjadi sector yang paling terpukul. Sedangkan sektor sistem pembayaran, logistik, pertanian, kesehatan, teknologi informasi dan sektor pendidikan, mengalami kenaikan meskipun dihadang pandemi.
Analisis Katadata Insight Center menemukan dari hasil survey tersebut, perusahaan yang berada pada tahapan awal (seed & cockroach) cenderung paling terpukul.
“Pelaku ekonomi digital yang sudah memiliki valuasi lebih besar atau pada tahapan Pony, Centaur dan Unicorn cenderung masih bisa menahan tekanan memburuknya ekonomi akibat pandemi,” ujar Mulya.
Penurunan kualitas yang dialami banyak startup selama pandemi ini tergambar dari turunnya angka pengunjung atau pengunduh aplikasi, jumlah transaksi per bulan, nilai transaksi per bulan dan jenis produk/layanan yang ditawarkan.
Sedangkan jika dilihat berdasarkan omzet, banyak startup dengan nilai transaksi di atas Rp 1 miliar-100 miliar per bulan, mengalami penurunan omzet menjadi di bawah Rp 1 miliar, yakni dari 30,2% menjadi 14,7%. Meski begitu, jumlah startup dengan transaksi di atas Rp 100 miliar yang awalnya berada pada angka 10,9% mengalami kenaikan 2,3% menjadi 13,2%.
(Indonesiatech)