Setiap tahunnya, CNBC membuat daftar ‘Disruptor 50’, yaitu daftar 50 perusahaan swasta yang terobosannya memengaruhi persaingan bisnis dan pasar secara pesat. Tahun 2020 ini menjadi tahun ke-8 CNBC membuat daftar. Pada daftar tahun ini, CNBC juga melihat kemampuan perusahaan menghadapi pandemi Covid-19 dengan kekuatan platform teknologinya masing-masing.
Perusahaan yang masuk dalam daftar Disruptor 50 tahun 2020 ini berada di episentrum dunia yang mengubah cara-cara yang sebelumnya tidak terbayangkan. Berbagai macam startup ini telah mengubah ide dalam keamanan dunia maya, pendidikan, IT kesehatan, logistik, fintech dan pertanian menjadi gelombang baru bisnis miliaran dolar.
PT Karya Anak Bangsa (Gojek) masuk sebagai salah satu perusahaan disruptor versi CNBC tahun ini. Berada pada urutan ke-10, Gojek menjadi satu-satunya startup Indonesia yang masuk dalam urutan 10 teratas.
Berdasarkan data Pitchbook, valuasi Gojek saat ini mencapai US$ 12,5 miliar. Angka ini juga menjadikan Gojek sebagai startup Indonesia pertama yang menyandang status decacorn.
Dari data yang sama, disebutkan juga bahwa sampai saat ini Gojek telah meraup pendanaan sebesar US$ 6,2 miliar (atau setara Rp86,8 triliun). Pendanaan ini berasal dari berbagai investor, seperti Tencent, Google, JD.com, serta yang terbaru Facebook dan Visa.
Selama 10 tahun terakhir, Gojek telah mengalami banyak perkembangan pesat. Berawal dari layanan trasnportasi online, startup yang didirikan oleh Nadiem Makarim, Kevin Aluwi, dan Andre Soelistyo ini kini telah melebarkan sayap pada layanan pesan-antar makanan, layanan hiburan on-demand, layanan logistik, serta dompet digital.
Layanan pesan antar makanan, GoFood, saat ini menjadi platform pengiriman makanan terbesar di Asia Tenggara berdasarkan volume pesanannya. Saat pertama diluncurkan, Gopay menjadi opsi pembayaran embayaran e-money pertama di Google Play store di Indonesia. Hal ini memungkinkan jutaan pengguna Android yang tidak memiliki rekening bank di Indonesia untuk dengan mudah mengakses game dan hiburan populer.
Pada 2019, Gojek melakukan ekspansi ke Thailand dan mengakuisisi perusahaan fintech Filipina sebagai cara untuk memungkinkan inklusi keuangan yang lebih besar di wilayah tersebut. Baru-baru ini Gojek pun mengumkan rencana integrasi aplikasinya di empat negara.
Sebelumnya nama Gojek hanya dipakai di Indonesia dan Singapura. Efektif Agustus 2020, layanan GoViet di Vietnam serta GET di Thailand juga akan menggunakan nama Gojek.
Andre Soelistyo, Co-CEO Gojek, mengatakan bahwa upaya integrasi ini dibutuhkan untuk memperkuat daya saing sebagai super app terdepan di Asia Tenggara.
“Integrasi aplikasi Gojek di empat negara sejalan dengan misi kami mempermudah kehidupan sehari-hari bagi seluruh pengguna, termasuk pada salah satu periode tersulit dalam sejarah ini,” jelas Andre melalui keterangan tertulis.