Mendapati potensi dimanfaatkannya kemajuan teknologi komunikasi oleh kelompok teroris, Menkominfo Johnny G Plate tidak tinggal diam. Berbagai upaya telah dilakukannya bersama kementerian yang dipimpinnya.
Untuk menjaga internet bersih dari konten-konten negatif, misalnya, pemerintah melalui Kemkominfo melakukan pengawasan dengan menggunakan mesin crawling berbasis kecerdasan buatan alias artificial intelligence (AI).
Diketahui, secara bertahap, mulai 27 Mei 2021 Indonesia memasuki era Internet 5G. Teknologi komunikasi ini memiliki performa yang jauh lebih baik dari empat generasi sebelumnya.
Saat menyambut hari lahir Pancasila pada 1 Juni 2021, Presiden Joko Widodo mewanti-wanti akan dimanfaatkannya teknologi 5G oleh ideolog transnasional radikal.
“Ketika konektivitas 5G melanda dunia maka interaksi antardunia juga semakin mudah dan cepat. Kemudahan ini bisa digunakan oleh ideolog transnasional radikal untuk merambah ke semua pelosok Indonesia ke seluruh kalangan dan keseluruh usia tidak mengenal lokasi dan waktu,” kata Jokowi sebagaimana yang dikutip sejumlah media.
Johnny G Plate (Sumber: Johnnyplate.id)
Dalam kacamata pemanfaatan teknologi komunikasi oleh kelompok teroris, pernyataan Jokowi tidak salah. Karena justru dengan makin berkembangnya teknologi, segala macam dampak negatif pun akan turut menyertainya.
“Kementerian Kominfo melakukan pengawasan ruang siber selama 24/7 dengan menggunakan mesin crawling berbasis AI yang memantau akun dan konten-konten yang terkait dengan kegiatan radikalisme terorisme, dan di saat bersamaan terus berkoordinasi dengan Kementerian/Lembaga, serta stakeholder terkait lainnya,” ujar Menkominfo, Johnny Plate, kepada detikINET pada 6 April 2021.
Dengan menggunakan teknologi tersebut, terhitung hingga 3 April 2021, Kemkominfo telah melakukan pemblokiran terhadap konten bermuatan radikalisme dan terorisme sebanyak 20.453 konten yang tersebar di berbagai situs serta berbagai platform media sosial.
Selain itu, sebagaimana yang disampaikan Menkominfo Johnny Plate, pemerintah juga menggelar kegiatan literasi digital untuk masyarakat. Dengan aktivitas ini, diharapkan masyarakat dapat memfilter informasi yang diterima dengan baik, serta mendorong pengguna media sosial untuk memposting konten-konten positif dan produktif.
Untuk meredam dampak dari aksi terorisme, Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny Plate juga meminta masyarakat tidak menyebarkan foto dan informasi mengenai isu terorisme. Karena menurut Johnny, penyebaran foto dan informasi tentang aksi terorisme berpotensi memperkeruh situasi.
“Janganlah menyebarkan foto-foto yang tidak memenuhi persyaratan etis dan tidak sesuai dengan aturan perundang-undangan di ruang digital,” kata Johnny pada 1 April 2021 seperti yang dikutip oleh MSN.com.
Namun demikian, karena sulitnya mengendus gerakan terorisme di dunia maya “bawah tanah”, pemerintah sebaiknya lebih mendorong peran serta masyarakat.
Sayangnya, berbagai upaya pemerintah dalam menggerakkan keterlibatan masyarakat sepertinya kurang mendapat sambutan dari masyarakat sendiri. Duta Damai yang dibentuk BNPT, misalnya, kurang mendapat perhatian masyarakat. Situs resmi Duta Damai pun sepi dari kunjungan.https://fb031823a4c731d4366ca10bc67e02c5.safeframe.googlesyndication.com/safeframe/1-0-38/html/container.html
Keikutsertaan masyarakat dalam menghadapi aksi terorisme inilah yang seharusnya menjadi perhatian Menkominfo Johnny Plate. Sebab, mungkin tanpa disadari oleh Johnny, Satelit Satria yang akan mengorbit pada 2023 pun dapat dimanfaatkan oleh kelompok-kelompok teroris.
Sumber: Kompasiana
(Indonesiatech)
Komentar