GoTo menyiapkan setidaknya lima rencana bisnis untuk 10 tahun ke depan. Salah satunya, perusahaan gabungan Gojek dan Tokopedia menargetkan bisa IPO tahun ini.
Valuasi GoTo diperkirakan mencapai US$ 40 miliar atau Rp 571 triliun. Dengan valuasi jumbo ini, perusahaan gabungan Gojek dan Tokopedia itu berencana mencatatkan saham perdana alias IPO dan menyasar lebih banyak Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).
GoTo ingin menjadi perusahaan berkelanjutan, yang bukan hanya mengajar valuasi. “Kalau mau sukses, dilihat 10 tahun ke depan. Bagaimana angka valuasi itu? Seharusnya sustainable,” kata CEO GoTo Andre Soelistyo dalam sesi wawancara di channel YouTube CXO Media, akhir pekan lalu (29/5).
Oleh karena itu, GoTo menyusun setidaknya lima rencana. Pertama, menyiapkan langkah untuk IPO. “GoTo sebagai holding company, kami siapkan untuk menjadi perusahaan publik,” ujar Andre.
Perusahaan menargetkan sudah IPO sebelum akhir tahun. GoTo akan memprioritaskan pasar saham di dalam negeri untuk menggelar IPO.
Saat ini, induk Gojek itu masih mempelajari sejumlah regulasi untuk dapat melantai di bursa efek. Kedua, menggaet lebih banyak UMKM.
“Produk kami itu marketplace. Kami tidak punya barang, baik makanan, e-commerce maupun transportasi. Ini tujuannya pemberdayaan mitra,” kata Andre.
Sebelum membentuk GoTo, Gojek mempunyai dua juta mitra pengemudi dan 900 ribu UMKM. Sedangkan Tokopedia memiliki 10 juta mitra penjual (merchant) dan 100 juta pengguna aktif. Ketiga, menambah berbagai layanan.
“Penting juga meningkatkan kualitas, agar menjadi lebih bagus,” kata Andre.
Grup GoTo mengombinasikan layanan e-commerce, pengiriman barang, pesan-antar makanan, transportasi, serta keuangan. GoTo juga membawahi GoTo Financial, yang mencakup GoPay, serta layanan keuangan dan solusi bisnis mitra usaha.
Di Gojek sendiri, ada beberapa layanan seperti berbagi tumpangan (ride-hailing), pesan-antar makanan, penyedia kebutuhan sehari-hari, logistik, digitalisasi UMKM hingga beberapa layanan keuangan.
Sedangkan Tokopedia berfokus menyediakan layanan e-commerce, serta terafiliasi dengan teknologi finansial pembiayaan (fintech lending) Dhanapala. Selain itu, mempunyai saham 36,1% di induk fintech pembayaran OVO, Bumi Cakrawala Perkasa.
Keempat, GoTo berfokus pada kolaborasi dalam 10 tahun ke depan.
“Kami buat ekosistem yang terbuka,” kata CEO Tokopedia William Tanuwijaya.
Kelima, membangun bisnis berkelanjutan melalui berbagai inisiasi dan komitmen. “Gojek misalnya, ingin menyelesaikan komitmen three zeros hingga 2030,” ujarnya.
Sebelum merger, Gojek berkomitmen Three Zeros: Zero Emissions, Zero Waste dan Zero Barriers atau nol emisi pada 2030. Decacorn ini membuat berbagai program sebagai bagian dari komitmen seperti program pengembangan kendaraan listrik, membuat GoTransit hingga membuat fitur hitung emisi karbon yakni GoGreener Carbon Offset.
Kelima rencana tersebut bakal ditempuh GoTo hingga 2031. Berdasarkan data CB Insight, valuasi GoTo berpotensi mencapai US$ 40 miliar. Perhitungannya, valuasi masing-masing perusahaan sebelum merger bernilai US$ 10 miliar. Setelah merger, perusahaan menargetkan meningkatkan valuasi lebih tinggi.
“Perusahaan gabungan tersebut dilaporkan menargetkan valuasi hingga US$ 40 miliar jika IPO,” demikian isi laporan CB Insight.
Statista memperkirakan valuasi GoTo saat ini US$ 17 miliar atau Rp 242 triliun. GoTo dimasukkan dalam daftar perusahaan teknologi bervaluasi tinggi dunia.
SUMBER
(Indonesiatech)
Komentar