Investasi saham saat ini kian populer dan menjadi satu pilihan masyarakat terutama milenial yang baru belajar berinvestasi. Terlihat dari peningkatan investor milenial selama masa pandemi Covid-19. Meski demikian, sepertinya masih banyak investor pemula yang belum terlalu mengerti seluk beluk dunia investasi. Terutama orang-orang yang berinvestasi hanya karena tergiur iming-iming beberapa insentif pemasaran, seperti misalnya lewat kode referral (member get member), atau bahkan hanya ikut-ikutan tren saja.
Ada beberapa kesalahan investor pemula lainnya, berikut penjelasan lengkapnya:
Investasi bukan saja untuk mendapatkan keuntungan belaka, namun justru tujuan utama berinvestasi adalah untuk memenuhi kebutuhan finansial di masa depan.
Jika tidak diiringi dengan perencanaan keuangan yang matang, investor kemungkinan akan melakukan kesalahan dalam berinvestasi dan akhirnya merugi. Seperti misalnya menjual portofolio sahamnya untuk kebutuhan dana darurat (yang seharusnya sudah dipisahkan sejak awal) atau bahkan malah berutang untuk dapat memulai investasi.
Salah persepsi soal investasi
Masih soal persepsi yang salah, masih banyak investor pemula yang belum bisa membedakan antara investing dengan saving (menabung), trading, dan bahkan gambling (judi).
Masih banyak investor yang memulai berinvestasi hanya karena tergiur dengan iming-iming “investasi zero/low risk, high return”. Hal tersebut mengakibatkan investor menanamkan uangnya di produk yang tidak memiliki underlying asset atau future cash flow.
Mudah menyerah
Banyak yang mengatakan, investasi di pasar saham bisa mendapatkan untung cepat. Sehingga ketika sekali saja mengalami rugi, investor tersebut akan langsung meninggalkannya.
Padahal, strategi investasi saham pun perlu dipelajari seperti analisis fundamental dan tenikal. Prinsip ini sering dilupakan oleh investor pemula, yang menyebabkan mereka berinvestasi hanya mengikuti rekomendasi orang lain atau juga ingin hasil yang instan.
Mengabaikan risiko
Masih banyak investor pemula yang terlalu fokus terhadap iming-iming imbal hasil yang ditawarkan (expected return) dan mengabaikan potensi risiko yang ada di depan mata mereka. Sama halnya dengan yang terjadi di cryptocurrency belakangan ini.
Menggunakan Teknik yang Salah
Masih banyak juga investor muda yang terjebak di saham-saham yang belum mereka kenal atau bahkan dengar. Investor pemula masih banyak yang memilih untuk menggunakan analisis teknikal terlebih dahulu sebelum analisis fundamental dan tidak mempertimbangkan trading cost yang tentunya menggerus imbal hasil portofolio, atau juga tidak ingin cutloss walaupun diperlukan, dan tidak memperhatikan perkembangan portofolionya selama ini.
Banyu Adiputra selaku Head of Market Development Indo Premier mengatakan, beberapa kesalahan tersebut sebetulnya wajar dilakukan oleh investor dan calon investor pemula karena masih minimnya referensi dan ajakan untuk berinvestasi secara tepat.
“Tentunya kita sebagai investor di pasar modal juga sering mengalami hal ini. Namun, yang paling penting adalah bagaimana agar kita dapat cepat belajar dari kesalahan tersebut dan tentunya salah satunya adalah dengan menggunakan referensi yang tepat untuk belajar investasi. Hal inilah yang mendasari kami (Indo Premier) untuk memberikan perhatian lebih kepada kualitas dan bukan kuantitas investor baru lewat berbagai konten dan kelas-kelas edukasi agar #SemuaBisaInvestasi”, pungkas dia.
(Indonesiatech)
Komentar