Dalam kurun waktu satu tahun terakhir ini, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) mencatat adanya ribuan konten misinformasi dan hoaks bertebaran di internet. Hal tersebut diungkapkan langsung oleh Semuel Abrijani Pangerapan selaku Direktur Jenderal Aplikasi Informatika (Aptika) Kominfo dalam acara daring bertajuk Safer with Google, Rabu (30/6).
“Misinformasi dan hoaks itu sengat meresahkan. Apalagi di awal-awal pandemi itu masyarakat benar-benar dibingungkan ya. Nah, ini kita tangani dengan tiga layer penanganan, yaitu di upstream, middlestream, dan downstream,” kata Semuel atau biasa dipanggil Semmy itu.
Dia pun menjelaskan, di layer pertama upstream, Kominfo berupaya melakukan literasi digital untuk melatih masyarakat, khususnya dalam memilah-milah informasi.
“Ini kita ajari supaya mereka lebih cerdas dan selalu mencari sumber yang bisa dipercaya,” tambah Semmy.
Pada penanganan di layer upstream ini, Kominfo juga menggandeng berbagai stakeholder untuk bersama-sama memerangi misinformsi. Salah satu yang ikut berpartisipasi ialah Google.
“Menghadapi misinformasi benar-benar berkolaborasi dengan banyak stakeholder. Karena menanganinya nggak bisa sendirian,” kata Semmy.
Putri Alam selaku Director Goverment Affairs Google Indonesia menkonfirmasi hal tersebut. Google bekerja sama dengan Kominfo, Maarif Institute dan Mafindo berupaya memerangi misinformasi di ruang kelas, yakni dengan meluncurkan program bernama “Tular Nalar”.
“Program ini menargetkan 26.000 pengajar agar bisa memerangi misinformasi di ruang kelas. Saat ini, program ini sudah hadir di 160 kota di Indonesia,” jelas Putri dalam kesempatan acara yang sama.
(Indonesiatech)
Komentar