Belum lama ini The Bank for International Settlements atau BIS mengeluarkan laporan yang mengatakan bahwa bank sentral harus bekerja untuk mencapai “interoperabilitas” antara proyek mata uang digital mereka.
Hal tersebut dapat dicapai melalui banyak cara, seperti di antaranya menciptakan standar umum dan membangun infrastruktur pembayaran internasional. Upaya BIS berhasil meningkat selama setahun terakhir di saat banyaknya gempuran pada penggunaan uang tunai karena meningkatnya minat pada cryptocurrency seperti bitcoin.
“Saya pikir setiap bank sentral, setiap negara harus memiliki mata uang berdaulatnya sendiri,” kata Agustin Carstens selaku manajer umum BIS.
“Mengingat bahwa hampir semua bank sentral memikirkan hal ini, ini adalah kesempatan unik bagi mata uang digital bank sentral yang berbeda untuk dapat dioperasikan,” lanjutnya.
Agustin menambahkan, bank sentral global harus memastikan sistem mereka kongruen satu sama lain dan transaksi dalam mata uang yang berbeda dapat dilakukan dengan cara yang mulus.
BIS merupakan grup untuk bank sentral, yang mewakili institusi dari Federal Reserve AS hingga Bank Sentral China. Laporan IMF dan Bank Dunia mengatakan bahwa mata uang digital bank sentral, atau CBDC, dapat memungkinkan pembayaran lintas batas yang lebih murah dan lebih cepat. Diketahui saat ini, pembayaran dari Meksiko ke AS bisa memakan waktu berhari-hari.
“Apa yang perlu kita lakukan adalah mengambil keuntungan dari fakta bahwa hampir semua orang memulai dari awal yang bersih, sehingga kita dapat menggabungkan dari awal keterkaitan antara sistem yang berbeda,” pungkas Agustin.
(Indonesiatech)
Komentar