Kasus Spyware Pegasus yang marak belakangan ini membuat pakar keamanan siber meminta Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk sementara tidak menggunakan aplikasi WhatsApp. Hal tersebut dilakukan karena diketahui target malware saat dari Israel tersebut mengincar sejumlah kepala negara dan pejabat pemerintah.
“Presiden (Jokowi) dan para pejabat penting negara harus waspada, disarankan tidak lagi memakai Whatsapp karena menjadi pintu masuk Pegasus,” kata Pratama Persadha, pakar keamanan siber dari Lembaga CISSRec, Minggu (25/7).
Diketahui, sebuah ponsel yang disusupi Pegasus bisa dikendalikan melalui dashboard. Selain itu juga dapat mengirimkan pesan, panggilan dan perekamanan sendiri tanpa dilakukan oleh para korbannya.
Salah satu kasus Pegasus paling ramai adalah peretasan iPhone milik miliarder Jeff Bezos. Gadget miliknya itu diretas tak lama setelah Jeff melakukan komunikasi dengan Pangeran Arab Saudi Muhammad bin Salman (MBS). Peretasan tersebut kemudian membongkar perselingkuhan Bezos dengan seorang pembawa berita nasional. Terungkap foto-foto dan chat pribadi keduanya dan akhirnya membuat Bezos bercerai.
Dari tim forensik yang memeriksa iPhone Bezos, mengarah pada bukti jika ponsel diretas menggunakan perangkat pengintai atau spyware buatan perusahaan Israel yang bernama NSO Group Technologies.
Selain itu, Pegasus juga bisa mengumpulkan seluruh data ponsel dan dikirimkan pada server pengirim malware. Bahkan Pegasus bisa menyalakan kamera atau mikrofon di ponsel dan merekam tanpa diketahui pemilik ponsel.
“Ponsel apapun termasuk iPhone masih bisa ditembus oleh Pegasus. Langkah preventif yang paling bisa dilakukan adalah menggunakan software enkripsi, sehingga data yang ditransmisikan atau dicuri oleh pegasus tidak serta merta langsung bisa dibuka atau diolah,” jelas Pratama.
“Bagi Indonesia ini seharusnya menjadi pengingat pentingnya kita mengembangkan perangkat keras sendiri serta aplikasi chat serta email yang aman digunakan oleh negara, sehingga mengurangi resiko eksploitasi keamanan oleh pihak asing,” lanjut dia.
(Indonesiatech)
Komentar