Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, untuk menangani tantangan global di kala pandemi dilakukanlah langkah-langkah G20 Action Plan.
“G20 juga telah melakukan pembahasan dan reformasi di bidang arsitektur keuangan global, terutama di dalam memperkuat jaring pengaman keuangan internasional dan juga adanya upaya untuk menciptakan tata kelola dan debt sustainability and transparency dari pinjaman-pinjaman atau hutang di semua negara, terutama negara-negara miskin yang mendapatkan dana dari berbagai pihak,” kata Sri dalam Konferensi Pers Menuju Presidensi G20 Indonesia 2022 secara virtual, di Jakarta, Selasa (14/09).
Dalam perdagangan internasional, kata Sri, G20 Actions mendukung pemulihan perdagangan short term & longer term termasuk trade facilitation.
Selain itu, telah dibahas juga mengenai pengembangan infrastruktur terutama dari aspek keuangan. Terutama soal investasi infrastruktur yang berkualitas dan apa yang disebut dengan Global Infrastructure Hub, mendorong Roodmap Infrastructure as an Asset Class dan infratech.
Menkeu mengatakan, soal agenda perpajakan internasional, Indonesia akan menitikberatkan pada pembahasan mengenai reformasi sistem perpajakan.
“Reformasi di bidang perpajakan akan menjadi menu utama karena memang ini merupakan salah satu menu prioritas yang penting bagi Indonesia yang sekarang juga sedang melakukan reformasi perpajakan dan ini juga merupakan policy yang sangat penting dan prioritas dalam pertemuan G20,” kata dia.
Sri menambahkan, hal tersebut sejalan dengan agenda reformasi perpajakan yang tengah digulirkan Pemerintah Indonesia. Tujuannya untuk dapat meningkatkan penerimaan pajak dengan sistem perpajakan yang adil, sehat, efektif, dan akuntabel.
Penekanan terkait sistem perpajakan tak lain demi memfasilitasi kepentingan negara berkembang. Tujuannya agar negara-negara tersebut tidak mengalami kerugian atas perpajakan.
Menkeu juga memaparkan, untuk finance track, topiknya yaitu mengenai bagaimana mempromosikan produktivitas, kemudian menciptakan ketahanan dan stability (increasing resilience and stability) dan yang ketiga menjamin adanya pertumbuhan yang sustainable dan inclusive.
“Nantinya ada tujuh agenda yang di bahas dalam finance track. Agenda penting yang nantinya akan dibahas adalah bagaimana negara-negara G20 akan berkoordinasi untuk memulihkan ekonomi global,” jelas Sri.
Pada finance track ini, akan ada 28 pertemuan sepanjang 2022 yang terdiri dari enam pertemuan tingkat menteri, empat pertemuan tingkat deputies, 16 pertemuan tingkat working group (WG) dan dua pertemuan seminar internasional.
“Jadi 28 pertemuan untuk finance track saja, untuk keseluruhan G20 akan ada 150 pertemuan yang akan diadakan”, ujar Menkeu.
(Indonesiatech)
Komentar