Diberitakan sebelumnya, Indonesia akan meneruskan estafet keketuaan atau presidensi G20 dari Italia dan untuk pertama kalinya akan memegang presidensi G20 pada 2022 mendatang. Aliansi Mahasiswa dan Milenial (AMMI) pun menyambut baik sejarah baru ini.
Disamping itu, Nurkhasanah selaku Koordinator AMMI menyampaikan, yang lebih membanggakan adalah sikap proaktif yang dilakukan para pembantu Presiden seiring akan datangnya amanah kepercayaan tersebut.
“Langkah Kepala Staf Presiden (KSP) Moeldoko bersama Menteri Komunikasi dan Informatika, Johnny G. Plate, yang proaktif segera menggelar rapat koordinasi media dan komunikasi G20 bersama kementerian dan lembaga terkait di Gedung Kemenkominfo patut diapresiasi,” jelas Nurkhasanah dalam keterangan tertulisnya, Rabu (17/11).
Menurutnya, KSP Moeldoko dalam kesempatan tersebut terlihat begitu intens mengangkat arti penting penunjukan Indonesia dalam Presidensi G20 tersebut.
“Karena itu, Moeldoko menegaskan, lembaganya—KSP–akan segera mendorong pengelolaan komunikasi dan isu-isu terkait pelaksanaan G20 di Bali, 30-31 Oktober 2022. Yang urgen untuk segera dikembangkan, menurutnya adalah mekanisme kerja atau flow yang tegas dengan tim substance,” jelas Nurkhasanah.
“Dengan demikian, pola hubungan serta aliran kerja yang tegas dan terukur pun akan segera terwujud. Selain itu, KSP pun akan lebih efektif memantau dan mengevaluasi kinerja yang berjalan. Flow ini yang menghubungkan KSP dan tim komunikasi, dengan apa yang dibicarakan di floor,” tambahnya.
Di sisi lain, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) memberikan perhatian khusus pada tiga isu prioritas Presidensi G20 tahun 2022 mendatang.
“Menkominfo juga menyatakan, pihaknya secara berkala akan memberikan update kepada pemangku kepentingan/ekosistem industri dan publik mengenai perkembangan pembahasan Pokja Ekonomi Digital pada pertemuan G20,” kata Nurkhasanah.
Menurut Nurkhasanah selaku mahasiswa dan milenial, Indonesia saat ini memang tak selayaknya terus berada dalam “kompleks rendah diri” alias minder waardigheid complex” atau inferiority complex.
“Sudah bukan saatnya terus merasa tak mampu, rendah diri dan menunduk di hadapan bangsa-bangsa lain. Ini bangsa sudah maju, sudah diakui negara-negara besar lain di dunia sebagai bangsa yang setara dengan mereka,” tegas Nurkhasanah.
Ia melanjutkan, yang kini harus dilakukan adalah menatap dengan kepala tegak, agar tak ada satu pun kesempatan untuk meraih kesempatan untuk kian maju dan makin berjalan ke depan itu lolos dari bangsa ini.
“Dengan kepala yang tegak, penuh keyakinan dan kebanggaan, insya Allah Indonesia akan kian maju dan berkembang. Semua karena kita telah melempar sejauh-jauhnya rasa minder dan rendah diri, yang dalam sejarah telah terbukti mengerdilkan kemampuan, menyurutkan tekad untuk maju, setara, bahkan melampaui apa pun yang bisa diraih bangsa-bangsa lain,” pungkas Nurkhasanah.
(Indonesiatech)
Komentar