Sebagai Presidensi G20 tahun 2022, Indonesia berfokus pada tiga isu utama yakni memperkuat arsitektur kesehatan global, transformasi ekonomi berbasis digital, dan transisi energi.
Perekonomian global saat ini tengah menghadapi tantangan pemulihan yang tidak merata dan ketidakpastian global, yang berdampak pada perekonomian negara berkembang dan maju, baik bagi negara anggota G20 maupun di luar G20.
Guna mendukung G20 agar dapat mencapai pertumbuhan yang inklusif, kuat dan berkelanjutan, Forum Business20 (B20) harus dapat menjembatani antara konsep dan ide dengan aksi nyata, sehingga G20 dapat diimplementasikan secara kongkret.
“Kami berharap acara ini dapat menjadi media diskusi antara Pemerintah dengan seluruh pemangku kepentingan, baik di tingkat regional maupun global, untuk mengomunikasikan strategi untuk memastikan percepatan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2022,” papar Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam sambutan acara “B20 Inception Meeting” di Jakarta Selatan, Kamis (27/01).
Menko Airlangga juga menjelaskan, perlu ada cara untuk mencapai keseimbangan antara pemulihan dari pandemi dan pemulihan ekonomi.
Sementara itu, dalam kaitannya dengan pengembangan digitalisasi, Indonesia mengajak negara anggota G20 untuk meningkatkan upaya dalam memastikan transformasi digital. Dalam upaya mempercepat transisi energi bersih, terutama di negara berkembang, komitmen tegas telah dibuat pada KTT G20 Roma dan COP26 Glasgow.
“Kita juga perlu bermitra dengan sektor bisnis untuk memastikan pemulihan yang lebih hijau. Tanpa dukungan keuangan yang nyata dan berkelanjutan, kita mungkin tidak dapat mencapai target ’emisi nol bersih global’ pada pertengahan abad ini, di tahun 2060,” pungkas Menko Airlangga.
Acara B20 Inception Meeting yang dibuka secara resmi oleh Presiden RI Joko Widodo tersebut, turut dihadiri secara daring dan luring antara lain oleh jajaran Menteri Kabinet Indonesia Maju.
(Indonesiatech)
Komentar