Era digital memberikan kesempatan bagi siapapun untuk merintis dan mengembangkan bisnis. Pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) pun harus siap menghadapi persaingan usaha di era digital. Adanya sejumlah platform seperti lokapasar atau marketplace dan media sosial (medsos) dapat dimanfaatkan sebagai sarana pemasaran sehingga bisa menjangkau konsumen yang lebih luas.
Untuk itu, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi menggelar webinar bertema ‘UMKM, Yuk Pahami Digital’ yang diselenggarakan pada Rabu (3/8).
Muhammad Muhyi Setiawan selaku relawan TIK mengatakan, warganet dapat dikatakan telah cakap bermedia digital di sektor ekonomi dan UMKM apabila dapat memahami penggunaan dompet digital atau e-wallet, lokapasar atau marketplace, serta cara-cara bertransaksi secara aman.
“Inovasi tidak hanya dilakukan oleh Gojek ataupun Grab, tapi UMKM juga harus berinovasi,” jelasnya.
Untuk bisa berinovasi, masih menurtu Muhyi, pelaku usaha harus dapat memanfaatkan media sosial yang ada.
“Misalnya kebutuhan untuk belajar dan memahami sesuatu kita tidak lagi dibatasi dengan jarak dan letak geografis, tapi dengan adanya Youtube kita bisa belajar apapun di sana,” sambungnya.
Dosen yang juga aktif sebagai Relawan TIK dan Pandu Digital Indonesia, Shalahuddin menekankan pentingnya mengubah perilaku konsumtif menjadi lebih produktif di dunia maya.
Menurutnya, sekarang ini, budaya konsumtif semakin terdorong seiring dengan perkembangan teknologi digital. Tanpa perlu keluar rumah, warganet bisa memanfaatkan internet untuk berbelanja, yakni dengan kehadiran toko online, fasilitas ojek online, penawaran penjualan paket wisata, serta aplikasi keuangan.
“Kita bisa mencontoh perilaku kreatif dan produktif para tokoh di dunia digital, misalnya menjadi content creator, copywriter, atau public speaker. Sehingga, ruang media sosial tidak hanya dijadikan sebagai aktivitas konsumsi saja, namun beralih pada kegiatan yang produktif,” jelas Shalahuddin.
“Dunia digital itu mampu memasilitasi kita untuk berekspresi, marilah menata ekspresi tersebut untuk menata jalinan relasi dan tatanan sosial baru sekaligus tidak lagi terjebak dengan kontestasi narasi simbol,” tambahnya.
Melengkapi pembicara sebelumnya, Dosen UIN Sayyid Ali Rahmatullah Dimas Prakoso Nugroho mengatakan, para pelaku usaha digital juga harus membekali diri akan pemahaman digital, mengingat ancaman penipuan di dunia maya terus berkembangan seiring kemajuan teknologi internet.
Adapun modus penipuan yang umum terjadi di antaranya, phising atau upaya untuk mencuri data pribadi seseorang, pharming handphone yang berupa arahan kepada korban untuk mengunjungi situs palsu, sniffing atau peretasan untuk mengambil informasi warganet, money mule atau permintaan untuk dikirimkan uang dan kemudian melanjutkan pengiriman kepada orang lain, serta penipuan yang meminta kode one time password.
“Serangan phising caranya cukup banyak, salah satunya melalui email calon korban. Pelaku mengirimkan email yang seolah-olah asli dari suatu lembaga. Namun, tujuan pelaku untuk menghimpun data korban, menjual informasi data, hingga yang paling parah dengan mencuri dana milik korban baik yang tersimpan di account virtual,” pungkasnya.
(Indonesiatech)
Komentar