Hobi wisata atau travelling bisa menjadi momen untuk membuat konten digital sebagai bahan promosi daerah wisata yang dikunjungi. Untuk itu, dibutuhkan keterampilan pengambilan foto dan video, termasuk keterampilan memprosesnya agar enak dipandang dan ditonton.
Hal tersebut disampaikan dalam webinar mengusung tema ‘Pemanfaatan Teknologi Digital: Produktif saat Travelling’ yang digelar oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi, Jumat (25/11).
Soni Mongan sebagai Konten kreator yang menjadi narasumber pada webinar tersebut menyampaikan terdapat tiga unsur penting dalam membuat konten travelling adalah pra-produksi, proses produksi, dan paska produksi.
Pada pra-produksi meliputi pemilihan lokasi, penyusunan anggaran, mencari informasi dan keunikan tempat yang dikunjungi, serta, menyiapkan alur cerita konten yang ingin dibuat.
“Dibutuhkan beberapa alat sederhana untuk membuat konten travelling, seperti kamera mirrorless, single tripod, gimbal, headset atau earphone,” jelas Soni.
Ia menambahkan, kamera yang hendak digunakan sebaiknya kamera yang bisa terhubung ke ponsel. Soni juga mengingatkan, pastikan memperhatikan kualitas gambar saat membuat konten, dan bisa menggunakan template yang ada.
Hal itu untuk menjaga kualitas audio, gunakanlah mikrofon agar suara yang disampaikan terdengar jelas dalam konten yang dibuat. Selain itu, dia juga mengatakan minimal menggunakan earphone, dan tidak lupa untuk menyisipkan musik agar konten terdengar lebih menarik.
Kemudian, agar foto atau video yang diambil bisa memberikan hasil optimal, menurut Tiara Lestari penting memahami fitur – fitur yang ada di kamera yang digunakan. Hindari pengambilan gambar di tempat yang terlalu banyak cahaya atau tempat yang gelap.
“Ingat, jangan membuat konten tanpa konsep. Semakin memahami teknik, kontek yang dihasilkan pasti akan menarik,” kata Tiara, yang dikutip oleh MediaBanten.com, Senin (28/11).
Terkait produksi konten wisata, Andi Widya Syadzwina selaku Sekretaris ISKI Sulawesi Selatan juga mengingatkan, dibutuhkan etika dalam mempromosikan suatu obyek wisata. Misalnya, konten kreator harus memahami dan mengenal adat istiadat maupun budaya setempat. Juga mematuhi larangan dan pantangan di lokasi tersebut, serta jangan lupa meminta izin kepada yang berwenang di lokasi pembuatan konten.
“Karya atau konten yang dibuat sebaiknya semua orisinal buatan sendiri, bukan karya milik orang lain. Kalau ada menggunakan sebagian karya dari orang lain, jangan lupa meminta izin untuk mencantumkan sumbernya,” pungkasnya.
(Indonesiatech)
Komentar