Layanan 5G di Indonesia memang masih di tahap awal. Meski begitu, dengan dilepasnya frekuensi emas 700 MHz untuk operator seluler, penggelaran 5G di tanah air bisa makin maksimal. Menurut pengamat telekomunikasi dari ITB Ridwan Effendi, pita frekuensi 700 MHz sudah ada standar untuk dimanfaatkan dalam menyediakan layanan 4G maupun 5G.
“Bisa optimal, tapi hanya untuk satu pemain saja, 2 x 45 MHz sudah ideal. Kalau lebih dari satu pemain memang akan kurang optimal, walaupun secara umum untuk pita 2 x 10MHz kecepatannya sudah lebih tinggi dari 4G. Kalau hanya 2 x 5 MHz memang lebih baik 4G saja,” papar Ridwan pada awak media, Selasa (13/12).
Ia mengatakan, dengan 2 x 45 MHz yang dimenangkan oleh satu operator seluler maka itu sudah jadi modal yang cukup menyediakan layanan 5G secara optimal. Ridwan berharap kalau lelang frekuensi 700 MHz hanya untuk satu pemenang saja.
“Sudah cukup, untuk skenario satu pemain saja. Tapi kalau lebih dari satu pemain, atau berbagi spektrum, tentunya akan kurang. Secara keseluruhan 5G perlu kombinasi pita band rendah, band menengah, dan band tinggi untuk use case yg berbeda. Frekuensi 700 cocok untuk coverage,” jelas Ridwan.
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) direncanakan melepas 700 MHz pada awal tahun 2023. Menkominfo Johnny G. Plate dalam beberapa kesempatan mengungkapkan bahwa pemerintah mengusung teknologi netral, di mana artinya penggunaan frekuensi tersebut diserahkan kepada operator seluler sebagai penyelenggaranya.
Saat ini, penggunaan frekuensi 700 MHz masih dipakai untuk penyiaran. Dengan migrasi TV analog ke digital akan menghasilkan digital dividen di pita frekuensi 700 MHz sebesar 112 MHz yang nantinya bisa dimanfaatkan untuk layanan internet maupun kebutuhan lainnya.
Frekuensi 700 MHz sering disebut sebagai frekuensi ’emas’ lantaran memiliki coverage band lebih luas dibandingkan band lainnya.
(Indonesiatech)
Komentar