Nilai transaksi fintech di Indonesia masih terbilang tinggi meski pendanaan terhadap startup digital di kawasan Asia mengalami penurunan. Hal itu disampaikan Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Johnny G. Plate dalam Closing Ceremony 4th Indonesia Fintech Summit dan Bulan Fintech Nasional 2022 di Yogyakarta, Senin (12/12).
Menurutnya, hal itu menunjukkan bahwa Indonesia mampu menghadapi pandemi Covid-19 secara progresif dan memanfaatkan sebagai momentum akselerasi digitalisasi sektor jasa keuangan.
“Ada tren penurunan aliran pendanaan startup digital di wilayah Asia sebesar 60 persen (year-on-year) dan 33 persen (quarter-to-quarter) pada triwulan III tahun 2022 ini. Namun, nilai transaksi sektor fintech Indonesia tetap meraih Compound Annual Growth Rate (CAGR) sebesar 39 persen. Tertinggi kedua di antara negara-negara G20 selama masa pandemi Covid-19 hingga tahun ini,” papar Menkominfo.
Johnny Plate menambahkan, konflik geopolitik, scarring effect pasca pandemi Covid-19, hingga stagflasi membuat banyak tekanan dalam sektor ekonomi.
“Perfoma unggul fintech terjadi pada lima segmen fintech utama yang mendigitalisasi sektor jasa keuangan di Indonesia, yakni segmen Neobanking, Alternative Financing, Digital Assets, Digital Investment, serta segmen Digital Payments,” kata Menkominfo.
Kelima segmen itu, memiliki cakupan sekitar 73 persen dari total pasar fintech di Indonesia tahun ini. Bahkan dalam prognosis hasil studi yang sama, segmen Digital Assets dan Digital Investment akan berpotensi untuk tetap menjadi dua growth drivers utama bagi sektor fintech Indonesia
“Dengan CAGR masing-masing sebesar 25 persen dan 22 persen dari tahun 2022 hingga tahun 2025 mendatang,” lanjut Johnny.
(Indonesiatech)
Komentar