Silicon Valley Bank (SVB) yang merupakan bank terbesar ke-16 di Amerika Serikat (AS), resmi tutup pada Jumat (10/3) lalu. Hal itu membuat heboh dunia, terutama bagi startup karena SVB sendiri merupakan bank yang memiliki fokus pada pembiayaan startup dan teknologi. Apakah tutupnya SVB berdampak bagi startup di Indonesia?
Menurut Peneliti Center of Digital Economy and SMEs INDEF, Nur Komaria, kolapsnya SVB tidak terlalu besar efeknya bagi startup Indonesia.
“Untuk SVB dampak secara langsung ke startup Indonesia ini masih tidak terlalu banyak karena pendanaan kita lebih banyak dari Venture Capital kemudian ada juga dari Angel Investor. Jadi, kalau dihubungkan dengan SVB dampaknya tidak terlalu besar,” terang Nur dalam acara Diskusi Publik INDEF yang dilakukan secara daring, Kamis (16/3).
Meski demikian, ia menuturkan bahwa startup Indonesia harus mulai untuk berfokus pada menumbuhkan profit serta sustainability. Selain itu, Nur berpendapat perlu ada antisipasi dari startup Indonesia karena banyaknya pemutusan hubungan kerja (PHK) dan tutupnya perusahaan perintis yang terjadi setahun belakangan ini.
Menambahkan, Ahmad Heri Firdaus selaku Peneliti Center of Industry, Trade, and Investment INDEF mengatakan, dari kasus jatuhnya SVB ini dapat menjadi pelajaran bagi startup untuk tidak hanya memperhatikan pola bisnis dan perkembangan bisnis saja.
“Dari kasus ini juga bisa jadi pelajaran untuk startup dalam menaruh dana atau berhubungan dengan bank ini tidak hanya satu, tidak hanya dengan satu bank, tetapi ya bisa dipilih beberapa bank yang memang dipercaya untuk jadi rekan bisnisnya,” papar Ahmad.
(Indonesiatech)
Komentar