Bisnis kripto ternyata memberikan keuntungan besar sesaat untuk Bank regional asal New York, Signature, hingga akhirnya karam. Signature adalah bank terbesar ketiga yang gagal dalam sejarah AS, tepat di belakang Silicon Valley Bank, yang ambruk dua hari sebelumnya. (Washington Mutual Inc., pada tahun 2008, adalah yang terbesar.)
Pada tahun 2018, Signature memutuskan untuk masuk ke kripto dan membuka rekening deposito untuk perusahaan kripto. Hal itu kemudian membuat mereka dijauhi oleh bank yang lebih besar.
Pada awal tahun 2022, sekitar 27% dari simpanan Signature senilai US$ 109 miliar (Rp 1.635 triliun) berasal dari klien aset digital. Sahamnya naik bersamaan dengan reli mata uang kripto dan mencapai level tertinggi di US$ 366 pada bulan Januari tahun lalu.
Kemudian dunia kripto meledak. Bank mengurangi setoran kripto setelah FTX gagal. Namun paparan luas ke pasar kripto akhirnya menghantam balik saham Signature. Pada saat bersamaan, Signature juga mulai merasakan tekanan dari kenaikan suku bunga The Fed yang cepat.
Karna itu, pelanggan Signature mulai menarik uang dari rekening yang memberikan bunga kecil untuk mencari imbal hasil yang lebih tinggi. Signature kehilangan US$ 17,5 miliar (Rp 263 triliun) simpanan pada tahun 2022, penurunan pertama kalinya sepanjang sejarah perusahaan.
Dilanda kepanikan, Signature yakin mampu mengatasi permasalahan tersebut lewat bantuan pinjaman The Fed dan Federal Home Loan Bank (FHLB) of New York untuk menopang neraca keuangannya.
Bahkan, Signature melawat ke New York FHLB pada 10 Maret untuk meminjam lebih dari US$ 2 miliar jelang tengah hari. Pada pukul 13.30, pelanggan menarik uang dengan sangat cepat sehingga SIgnature harus balik ke FHLB untuk meminjam US$ 2,5 miliar lagi.
Karena persoalan birokrasi permintaan kedua tersebut baru diproses hampir jam 6 sore. Saat itu, pelanggan Signature telah menarik US$ 18 miliar atau sekitar 20% dari total simpanan bank. Permintaan selanjutnya ditolak FHLB.
Pada tanggal 11-12 Maret Signature berdiskusi dengan The Fed terkait pinjaman uang lebih lanjut. Tanggal 12 The Fed berkata tidak akan meminjamkan uang lagi kepada Signature. Tanggal 12 Maret bank ditutup dan kendalinya dilimpahkan ke LPS AS, FDIC.
Setelah melewati serangkaian proses, Signature akhir dibeli oleh Flagstar Bank milik New York Community Bancorp Inc. Mulai Senin (20/3) pekan ini, 40 cabang Signature kembali beroperasi di bawah nama Flagstar.
(Indonesiatech)
Komentar