Beberapa hari yang lalu, sempat beredar foto yang menunjukkan kalau GO-JEK telah membuka kantor baru di negara tetangga, Singapura. Hal ini memicu dugaan kalau perusahaan transportasi berbasis aplikasi online yang mengklaim menguasai lima puluh persen pasar Indonesia tersebut berkemungkinan segera berekspansi ke negeri jiran juga.
Namun ternyata hal tersebut bukanlah tujuan mereka mendirikan kantor di Singapura. Misrab Faizullah-Khan, Wakil Presiden Data Science GO-JEK yang juga merupakan pimpinan di kantor tersebut, menyatakan kepada Straits Times bahwa kantor yang beroperasi sejak Januari 2017 silam saat ini hanya difokuskan dengan tujuan penelitian data atau data science.
Pasar Indonesia sangat besar dan GO-JEK belum dapat merambah seluruhnya
Menurut Misrab, GO-JEK tetap akan bermain di pasar Indonesia, karena menurutnya pasar Indonesia saja sudah sangat besar. Ada dua ratus lima puluh juta penduduk Indonesia dan kami masih belum merambah seluruh pasar tersebut.
“Kami berusaha untuk menggunakan banyaknya data yang kami miliki untuk membuat sistem yang lebih pintar. Hal ini juga termasuk pengelolaan kenaikan tarif di waktu sibuk (surge pricing), serta algoritma yang bisa mencocokkan pengguna dan driver dengan lebih baik,” tutur Faizullah-Khan.
Singapura pusat infrastruktur teknologi dan talenta berkualitas
Singapura sendiri dipilih GO-JEK karena infrastruktur teknologinya yang sangat baik dan banyaknya talenta berkualitas di sana. “Di sini, kami tidak perlu khawatir kalau internet akan mati secara tiba-tiba,” ujarnya.
Kantor di Singapura merupakan lokasi kantor kedua GO-JEK yang berada di luar negeri, setelah mereka sebelumnya juga telah membangun pusat pengembangan di Bengaluru, India. Saat ini mereka telah memiliki dua puluh karyawan di Singapura dan enam belas di antaranya adalah data scientist. Sedangkan di Bengaluru sendiri, mereka telah mempunyai lebih dari enam puluh karyawan.
Langkah GO-JEK untuk membangun pusat pengembangan data dan teknologi di luar negeri ini serupa dengan apa yang telah dilakukan oleh pesaing mereka, Grab. Saat ini, Grab telah memiliki pusat pengembangan di berbagai negara, yaitu Amerika Serikat, Cina, Singapura, India, hingga Vietnam. Mereka pun telah memiliki pusat pengembangan di Jakarta setelah mengakuisisi startup tanah air Kudo.[sumber]