Membantu startup tahap awal lepas landas menuju pertumbuhan bisnis berkelanjutan
Berdasarkan data yang dikumpulkan DSResearch, tahun 2019 ada 113 pendanaan startup yang diumumkan ke publik. Menelisik lebih dalam, dari jumlah tersebut hanya pendanaan 10 startup yang melibatkan angel investor. Menurut analisis kami, jumlahnya bisa saja lebih banyak, hanya saja transaksi pendanaan tersebut tidak dipublikasikan.
Startup | Tahapan (2019) |
Sampingan | Pre-Series A |
Clodeo | Seed Funding |
Feedloop | Seed Funding |
Stockbit | Series A |
Titipku | Seed Funding |
Talkabot | Seed Funding |
Infradigital | Seed Funding |
Ngampooz | Pre-Series A |
Fore Coffee | Series A |
TemanBisnis | Seed Funding |
Seperti diketahui, angel investor adalah orang yang menyuntikkan dana ke startup dari kantongnya sendiri. Dari tren yang ada sejauh ini, kebanyakan mereka terlibat dalam pendanaan pre-seed, seed funding atau pre-series A. Kendati jarang, juga ditemukan angel (persisnya sekumpulan) yang terlibat dalam putaran pendanaan series A bersama venture capital.
Membantu startup memvalidasi
Ketika baru didirikan dan meluncurkan produk perdananya, belum banyak yang bisa dituai dari bisnis startup. Untuk mendapatkan traksi, potensi untung pun tak jarang dikorbankan terlebih dulu. Mereka datang ke investor untuk meminta bantuan modal, guna melakukan percepatan dari rencana yang sudah disusun.
Tidak semua rencana bisnis bisa berjalan mulus, terlebih di tangan founder yang kurang perhitungan. Bisa saja produk teknologi yang dihasilkan sangat canggih, namun kadang pasar berkata lain, mereka tidak membutuhkan itu sebagai solusi – alih-alih membayar, menggunakan pun enggan. Risiko seperti ini yang selalu dipikirkan investor sebelum benar-benar memberikan dana.
“Angel investor adalah entrepreneur yang berani mengambil risiko dengan berinvestasi di startup yang baru beroperasi. Angel investor biasanya memberikan modal, tapi bisa juga non-modal,” ujar Managing Partner Ideosource Andi Boediman dalam sebuah kesempatan.
Terkait nilainya, cukup variatif dan bergantung kebutuhan startup. Namun dari informasi yang kami dapat, rata-rata nilainya antara puluhan juta sampai 1 miliar Rupiah – kebanyakan di angka ratusan juta Rupiah. Di Indonesia, kalangan angel diisi oleh pengusaha yang memang sudah malang-melintang dalam bisnis. Sehingga benar yang dikatakan Andi, kadang angel juga memberikan bantuan non-modal sebagai mentor bagi si founder.
Baru untung jika startup capai growth
Kehadiran startup yang kini sudah menjadi pemain besar di Indonesia juga tidak terlepas dari keterlibatan angel investor di fase awalnya, termasuk Gojek dan Tokopedia.
“…saya kemudian belajar konsep memulai bisnis dengan mencari permodalan dari angel investor hingga venture capital. Saya tidak kenal venture capital manapun, lantas saya datang ke orang kaya satu-satunya yang saya kenal, atasan tempat saya bekerja saat itu,” ujar Co-Founder & CEO Tokopedia William Tanuwijaya menceritakan fase awal perusahaannya berdiri.
Ada beberapa aspek yang mempengaruhi pertimbangan angel saat berinvestasi di startup. Kepada DailySocial, Michael Tampi mengatakan kepercayaan kepada founder menjadi tesis utamanya. Selain itu, hal lain seperti peluang pasar, rencana bisnis, hingga intelektual properti juga tetap menjadi pertimbangan.
Beberapa hal yang dilihat angel investor dalam menilai tim pendiri meliputi (1) apakah memiliki passion dan pengalaman di bidang terkait, (2) apakah memiliki komposisi yang tepat dalam membentuk tim, dan (3) bagaimana visi mereka terhadap bisnis yang dibuat.
Kendati berinvestasi pada bisnis yang berisiko tinggi, angel investor juga bisa mendulang untung jika startup terkait berhasil mencapai growth. Realisasinya ketika startup berhasil menggalang putaran pendanaan yang lebih besar – sehingga kepemilikan (saham) menjadi lebih bernilai.
“Keuntungan menjadi angel investor adalah apabila sebuah startup berhasil ke pendanaan seri A, B atau selanjutnya, kita bisa melihat kenaikan yang signifikan dari value seed investment. Namun, keberhasilan dari satu startup belum pasti dan kebanyakan mati sebelum pendanaan berikutnya,” ujar Danny Oei Wirianto, Chief Marketing Officer GDP Venture yang juga jadi angel investor untuk lebih dari 30 startup.
Sebagai katalisator ekosistem startup
DailySocial memantau, setiap bulan ada berbagai startup baru yang memperkenalkan diri. Mereka mencoba menghadirkan solusi dari permasalahan spesifik yang ditemui – untuk berbagai bidang. Kadang inovasi yang dihadirkan pun cukup baru, misalnya mengembangkan teknologi kecerdasan buatan untuk tujuan tertentu.
Menjadi tantangan tersendiri bagi founder untuk bisa meyakinkan kepada pemodal ventura. Namun beda cerita saat mereka menemukan orang yang memiliki padangan selaras. Dalam sebuah tulisan bahkan dikatakan, angel investor berinvestasi juga untuk memenuhi hasrat kesenangan. Mereka gemar di bidang bisnis tersebut, mereka tertarik dengan teknologi yang dikembangkan, atau mereka melihat masa depan dari layanan tersebut.
Jadi jelas, peran angel investor sangat krusial untuk menghidupkan ekosistem startup, untuk menemani inovator-inovator merangkak maju menuju bisnis berkelanjutan. Apalagi di Indonesia, yang kini terus digadang-gadang sebagai pusat pertumbuhan startup di regional. Tak sedikit anak muda yang bermimpi mendirikan startup sukses – lihat saja di setiap kompetisi bisnis yang penuh dengan kreasi-kreasi digital baru dan unik.
Mekanisme angel investor
Sayangnya tidak seperti venture capital yang memiliki identitas jelas sebagai investor, angel investor kadang hanya tampak seperti orang biasa atau pengusaha yang sedang menjalankan bisnisnya. Sehingga untuk menemukannya, founder memang harus meningkatkan jaringan bisnisnya, baik secara langsung melalui pertemuan maupun secara online melalui kanal seperti LinkedIn, AngelList dan sebagainya. Tapi percayalah, beberapa narasumber kami mengungkapkan bahwa menemukan, bernegosiasi, menyamakan visi, hingga menutup pendanaan dengan angel investor bukan perkara yang mudah. Namun ketika dapat, bisa jadi itu menjadi jalan pertumbuhan startup yang tengah diinisiasi.
Terkait mekanisme investasi, ada dua model yang paling populer, yakni melalui kepemilikan saham (equity stake) atau convertible note. Untuk saham, investor akan menukar uang tunai yang mereka berikan dengan kepemilikan di perusahaan. Jumlahnya akan tergantung pada kesepakatan bersama. Hitungannya juga bisa jadi sesederhana: jika startup saat ini bernilai US$1.000.000 (founder dan investor setuju), lalu angel memasukkan dana US$200.000, maka mereka akan mendapatkan 20%.
Namun perhitungan tentang nilai perusahaan alias valuasi kadang jadi rumit. Founder biasanya ambisius, menginginkan perusahaan memiliki nilai setinggi mungkin. Maka mekanisme kedua sering menjadi pilihan. Convertible note memungkinkan kedua belah pihak menetapkan nilai perusahaan di kemudian haru, biasanya sampai putaran investasi selanjutnya. Note tersebut dibuat sebagai pinjaman kepada perusahaan, sehingga punya tenggat waktu
Prosesnya seperti ini, misalnya angel investor menyepakati note dengan menyertakan dana modal US$200.000, posisinya adalah utang perusahaan. Namun di saat jatuh tempo, investor dapat memilih apakah mendapatkan uangnya kembali disertai bunga yang disepakati atau mengubah uang tersebut menjadi saham perusahaan.
Setelah disetujui, proses selanjutnya adalah membuat term sheet (bisa dibuat investor atau startup). Intinya dokumen ini sebagai tanda ikatan, termasuk menguraikan tiap detail terkait kesepakatan yang dilakukan. Biasanya membutuhkan jasa tim legal untuk mengurus tahap ini, bisa memakan waktu cukup lama juga.