Pandemi Covid-19 berimbas serius terhadap bisnis perusahaan rintisan (startup) di Indonesia. Pelbagai cara telah dilakukan, dari strategi menarik ikat pinggang erat-erat, hingga menggugurkan beban perusahaan seperti pohon jati yang menggugurkan daun-daunnya saat musim kemarau. Wabah Corona ini membawa kehidupan baru pada dunia startup Indonesia yang disebut The New Normal.
Adalah Sandiaga Uno, pengusaha sukses dan mantan calon wakil presiden yang melontarkan fenomena ‘The New Normal’ bagi startup Indonesia.
Menurut prediksi Sandi, investor tak akan lagi jor-joran mengalirkan modalnya ke bisnis rintisan. Karena itu pelaku bisnis startup harus beradaptasi dengan situasi baru.
“Inilah yang disebut dengan ‘the new normal’ situasi normal baru di mana kita harus beradaptasi. Selama ini, startup selalu mengalami ‘capital free flowing’ siapa yang mau bakar duit silakan yang penting dapet gross market value,” kata Sandiaga Uno, April bulan lalu.
Istilah Gross Market Value (GMV) dikenal sebagai salah satu alat ukur untuk menentukan valuasi suatu startup. GMV dihitung dari volume transaksi. Meski tak langsung menunjukkan pendapatan (revenue), banyak startup yang memiliki nilai GMV tinggi karena aksi “bakar duit” dari para investor mereka.
Bagi Sandi, kemudahan-kemudahan yang dimiliki startup sebelum ini tak bakal terjadi lagi. Sebab, investor akan lebih ketat mengelola modalnya. Tidak akan bermurah hati lagi. Mereka juga bakal lebih selektif dan ketat, alih-alih mau bakar duit.
(Baca tulisan saya di sini: Kala Covid-19 Mengakhiri Era Perang Bakar Uang)
Namun ekosistem baru ini justru akan membuat startup jauh lebih kompetitif dan tahan banting. Seperti kapal, nahkoda dan awaknya yang makin kuat dan pengalaman setelah dihantam beberapa badai. Pandemi Covid-19 bukan untuk putus asa dan berpangku tangan tapi lebih kreatif, bekerja keras dan mencari peluang baru.
Dalam setiap krisis, justru akan terlihat celah peluang baru yang bisa diambil. Peluang untuk membuka bisnis rintisan justru masih terbuka lebar. Karena masih banyak ceruk pasar yang belum disentuh startup.
Maka pandemi Covid-19 ini adalah proses ‘seleksi alam’ yang jamak berlaku di dunia bisnis. Hanya ‘sintasan yang bugar akan selamat’ — survival of the fittest, meminjam istilah Herbert Spencer.
Adaptasi adalah kunci. Sedangkan kreativitas dan inovasi menjadi ruh dan jiwa bisa bertahan. Jalannya adalah terus mencari peluang ceruk pasar.