Memasuki fase new normal, pendanaan tahap awal untuk startup mulai bergeliat kembali. Meski masih berada di tengah pandemi Covid-19, perusahaan modal ventura mulai menyiapkan dana untuk digelontorkan kepada perusahaan-perusahaan rintisan di Indonesia.
Seperti misalnya SBI Holdings dari Jepang yang baru-baru ini membuat perusahaan gabungan dengan perusahaan modal ventura asal Indonesia, Kejora Capital Management Pte. Ltd. Perusahaan modal ventura gabungan tersebut bernama Orbit Fund, yang sudah menyiapkan dana sebesar Rp420 miliar untuk disuntikkan pada startup teknologi di Indonesia.
Pada bulan April 2020 lalu, pendiri Bukalapak, Achmad Zaky juga mendirikan perusahaan investasi bernama Init-6. Pendanaan awalnya diberikan pada startup bidang teknologi pendidikan, Eduka System. Init-6 telah menyiapkan dana investasi kurang lebih sebesar Rp700 juta hingga Rp280 miliar untuk startup tahap awal.
Meski pendanaan berjumlah besar sebelumnya pernah menjadi penyebab kerugian investor, nampaknya hal ini tidak menjadi penghambat. Risiko memang menempel erat dengan investasi, sama halnya dengan untung dan rugi.
Indonesia memiliki predikat sebagai negara dengan tingkat pendanaan startup awal yang paling tinggi di Asia Tenggara. Namun riwayat jumlah startup yang gagal berkembang pun tidak kalah tingginya.
Menurut laporan Centro Ventures, total investasi yang masuk ke Indonesia sepanjang tahun 2014-2019 jumlahnya mencapai US$9,42 miliar. Sedangkan likuiditas atau dana yang sudah ditarik kembali hanya US$1,29 miliar. Hal ini memperlihatkan bahwa rasio likuiditas terhadap investasi hanya sebesar 0,1 kali.
Preseden investasi tersebut nampaknya tidak menghalangi niat para pemodal untuk berinvestasi pada startup tahap awal Indonesia.
“Minat dari investor dan VC (venture capital –red) sebenarnya terpengaruh dengan kondisi saat ini. Namun, pengaruhnya hanya ke peningkatan fokus, di mana VC existing mulai mengumpulkan dana lebih besar dengan fokus ke growth investment. Dengan masih potensialnya bisnis startup di Indonesia, bisa disimpulkan minat investor tetap baik,” ujar Edward Ismawan, Bendahara Asosiasi Modal Ventura Seluruh Indonesia (Amvesindo).
Meski demikian, persaingan antara startup di Indonesia dinilai akan semakin ketat. Hal ini merupakan dampak dari pandemi Covid-19 yang menghantam beberapa startup hingga akhirnya gulung tikar.
Beberapa sektor startup yang menjanjikan pun muncul saat pandemi, seperti misalnya sektor kesehatan, pendidikan, e-commerce, logistik, dan fintech. Popularitas startup pada sektor ini cenderung mengalami peningkatan lantaran dapat membantu masyarakat selama berlakunya pembatasan sosial.
Menurut Edward, pendanaan tahap awal yang diberikan pada startup ternyata juga memiliki manfaat bagi investor, lantaran pilihan perusahaan dan kemudahan bernegosiasinya lebih banyak, dibandingkan dengan periode ‘bubble’ dimana uang yang dikucurkan masih ‘dibakar’.
Investor diharapkan untuk jeli melihat strategi pertumbuhan startup dan perhitungan untuk mendapatkan profit. Dua hal tersebut merupakan faktor penting untuk memperbesar peluang startup tetap dapat bertahan.