Pandemi COVID-19 telah mengganggu hampir di semua sektor bisnis, terutama sektor pariwisata dan perhotelan. Hotel online Oyo pun ikut terkena dampak negatif dari sisi okupansi.
Pihak Oyo Indonesia menyampaikan, bahwa perusahaan rintisan yang didukung Softbank itu mengalami penurunan pendapatan dan tingkat hunian hingga 60 persen sejak beberapa bulan ke belakang. Hal ini disebabkan adanya kebijakan pemerintah yang melarang masyarakat untuk berpergian guna memutus rantai penularan virus corona.
“Dari sisi okupansi atau tingkat hunian, dari hari ke hari terjadi penurunan. Sehingga kita harus melakukan solusi jangka pendek dalam menyikapi perkembangan yang terjadi,” kata Eko Bramantyo, Country Head Emerging Businesses Oyo Hotels & Homes Indonesia, dalam peluncuran program Sanitized Stays secara virtual, Kamis (11/6).
Eko menyampaikan, perusahaan melakukan perubahan strategi untuk mengurangi dampak pandemi yang telah mempengaruhi Oyo. Salah satunya melalui Long Stay Program.
Sebelumnya, tren durasi menginap di hotel online berkisar 1-3 hari, namun setelah pelonggaran Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di sejumlah daerah diberlakukan, kini pola jangka waktu menginap yang dipesan oleh pengunjung menjadi lebih panjang.
“Sekarang trennya mulai bergeser menjadi 7 sampai 14 hari,” ungkap Eko.
Memanfaatkan tren tersebut, Oyo pun menyarankan para mitra bisnis perhotelan agar menyusun Long Stay Program. Penawaran menarik tersebut diharap dapat menggaet pengunjung lebih banyak agar bisnis perhotelan kembali ramai. Adapun pasar yang bisa dijadikan sasaran yaitu salah satunya pengguna yang sedang melakukan perjalanan kerja.
Selain itu, Oyo juga meluncurkan sebuah program baru bernama Sanitized Stay untuk meminimalisir kontak fisik selama pandemi Covid-19. Sanitized Stay merupakan program jangka panjang sebagai strategi Oyo untuk masa new normal mendatsng dan sekaligus memberikan rasa aman dan nyaman kepada konsumen.
(Indonesiatech)