Sejak awal Maret 2020, Softbank telah mengumumkan rencana perusahaan untuk membeli kembali (buyback) sahamnya sendiri senilai US$4,7 miliar atau setara Rp66 triliun pada Maret 2021. Langkah ini dilakukan untuk meningkatkan kembali harga saham setelah portofolio investasi Softbank mengalami penurunan valuasi.
Perusahaan yang melakukan buyback saham akan menggunakan dana yang dimiliki untuk berinvestasi membeli saham perusahaannya sendiri dari publik. Jika jumlah kepemilikan saham publik dalam perusahaan makin kecil, maka likuiditas perusahaan akan tetap terjaga.
Pembelian saham kembali yang dilakukan Softbank selama bulan Mei 2020 mengalami penurunan jauh jika dibandingkan dengan bulan April 2020. Softbank tercatat mengeluarkan dana sebesar Rp 8 triliun pada Mei 2020, sementara pada bulan sebelumnya mencapai Rp 31 triliun.
Langkah yang diambil oleh Masayoshi Son, CEO Softbank, sempat menimbulkan kekhawatiran lembaga pemeringkat kredit S&P Global Ratings. Dilansir dari Reuters, di tengah aksi pembelian saham kembali dalam jumlah besar, kesehatan keuangan Softbank dipertanyakan.
Sebelumnya Softbank melaporkan kerugian keuangan tahunan sebesar Rp192,55 triliun. Penyebab kerugian ini salah satunya ialah penurunan valuasi beberapa startup (seperti WeWork dan Uber) yang didanai Softbank melalui unit investasinya, Vision Fund.
Kerugian yang dialami Softbank memabawa Son pada keputusan untuk melakukan penjualan atau monetisasi aset sebesar Rp665 triliun. Sebagian penjualan tersebut kemudian dipakai Softbank untuk melakukan pembelian saham kembali.
Son berusaha menstabilkan Softbank yang tengah menghadapi situasi sulit karena kinerja kurang baik pada beberapa investasi teknologi terbesarnya.