Menteri Riset dan Teknologi (Menristek)/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang PS Brodjonegoro memprediksikan akan ada 10 tren teknologi yang akan berkembang saat periode kenormalan baru (new normal) mendatang.
Bambang menyampaikan, sepuluh tren teknologi tersebut akan menjadi peluang bisnis yang menjanjikan bagi perusahaan rintusan atau startup Indonesia.
“Sepuluh tren ini jangan kita lihat sebagai darurat, justru harus kita lihat sebagai the new normal atau the new future. Karena ini adalah bagian dari revolusi industri keempat,” kata Menristek Bambang, Sabtu (13/6).
Dia mengatakan, sepuluh tren teknologi tersebut antara lain belanja dalam jaringan (daring), pembayaran digital (digital payment), teleworking atau bekerja dari rumah, pelayanan medis jarak jauh atau telemedicine, pendidikan (teleeducation) dan pelatihan jarak jauh (teletraining), hiburan daring, rantai pasokan 4.0 (supply chain 4.0), 3D printing, robot dan drone, serta teknologi 5G dan teknologi informasi dan komunikasi.
Dia menilai, sepuluh tren teknologi tersebut tidak hanya akan terjadi pada masa darurat wabah Covid-19, namun diperkirakan menjadi masa depan baru bagi Indonesia dan dunia kedepannya nanti.
Salah satu contoh inovasi dalam bidang telemedicine yang sudah diaplikasikan, menurut Bambang, adalah Robot Medical Assistant ITS – Airlangga (Raisa) yang dikembangkan oleh Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) bersama Rumah Sakit Universitas Airlangga (RSUA).
Robot tersebut berfungsi untuk memberikan makan, obat, sampai mengecek infus pasien. Dengan demikian perawat tidak perlu terlalu sering bertemu pasien untuk mengurangi kontak badan guna mencegah penularan Covid-19.
Tren teknologi yang sudah diminati banyak orang saat ini adalah belanja daring dan pembayaran digital.
“Yang milenial pasti sudah seratus persen barangkali mengalihkan kegiatan belanjanya menuju e-commerce, bahkan untuk ibu-ibu yang biasanya lebih senang mencari sendiri ke supermarket sekarang lebih senang kalau bisa pesan lewat supermarket ‘online’ dan langsung diantar ke rumah. Ini berarti logistik sudah jalan,” tutur Menristek Bambang.
Menristek Bambang mendukung para pemuda dan milenial, terutama dari perguruan tinggi untuk tidak hanya melihat startup dalam lingkup bisnis berbasis dalam jaringan saja, tetapi juga mulai melihat bidang lain dan sudah harus menerapkan teknologi terbaru. Salah satunya adalah startup di bidang genom bernama Nusantics yang didukung oleh Kementerian Riset dan Teknolohi/BRIN serta Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).
Nusantics berhasil menciptakan perangkat tes Reverse Transcription Polymerase Chain Reaction_ (RT-PCR) untuk mendeteksi COVID-19 yang akan diproduksi massal oleh badan usaha milik negara PT Bio Farma.
“Startup itu tidak hanya untuk ‘on demand’ atau startup untuk ‘e-commerce’ atau ‘digital payment’, tapi juga startup di bidang kesehatan bahkan ada startup di bidang vaksin dengan pendekatan teknologi yang baru, jadi dia tidak hanya sekadar membuat vaksin tapi mengembangkan metode baru dalam pengembangan vaksin,” ujar Bambang.
Menristek Bambang juga mendorong para startup untuk semakin banyak menciptakan aplikasi digital dalam sepuluh tren baru teknologi di normal baru karena ke depannya kontak langsung dengan orang lain akan semakin berkurang.
(Indonesiatech)