Aplikasi media sosial berbasis video, TikTok, tak henti-hentinya menjadi topik perbincangan masyarakat sehari-hari. Mulai dari membicarakan video yang viral hingga membicarakan kecurigaan bahwa TikTok mengumpulkan data penggunanya.
Praktik pengumpulan data memang lazim dilakukan oleh platform media sosial mana pun. Bahkan hal ini tercantum dalam syarat dan ketentuan (terms of condition) yang dapat dibaca pengguna saat memasang (install) aplikasi pada handphone.
Perbincangan terkait kecurigaan pada aplikasi TikTok ini semakin menguat saat ada netizen yang membahas melalui akun twitternya. Akun bernama @SoundOfYogi pada tanggal 1 Juli 2020 yang lalu memulai rangkaian twitnya yang menyarankan orang untuk uninstall aplikasi TikTok pada handphone-nya masing-masing.
PLEASE UNINSTALL TIKTOK
— A Thread —
— Yogi Natasukma (@SoundOfYogi) July 1, 2020
Menurut Yogi, meski mengumpulkan data merupakan hal yang lazim dilakukan platform media sosial, data yang dikumpulkan oleh TikTok ternyata lebih banyak dari aplikasi media sosial lainnya. Seperti misalnya, tipe CPU, aplikasi lain yang dipasang pada perangkat yang sama, dan lokasi pengguna setiap 30 detik.
Aplikasi ini bahkan disebut sebagai malware dalam rangkaian twit tersebut. Yogi menuliskan bahwa TikTok memiliki kode program (snippets code) yang membuat aplikasi ini dapat mengundih file zip, lalu di-unzip, dan menjalankan file biner yang telah diunduh.
Ternyata kecurigaan pada aplikasi yang dikembangkan oleh startup Tiongkok ByteDance, ini sudah pernah dibuktikan oleh Penetrum, sebuah perusahaan keamanan siber. Dalam laporannya, Penetrum menyebutkabn bahwa sebanyak 37.70% alamat IP dikenal yang terhubung ke TikTok yang ditemukan di dalam kode sumber APK terhubung ke Alibaba.com.
Pada Juli 2019 lalu, server Alibaba sempat diretas dan mengakibatkan kebocoran data lebih dari 899 GB. Anurag Sen, Head of Research dari Safety Detective, yang melakukan investigasi kebocoran data ini menemukan bahwa database berisi informasi dikumpulkan oleh lebih dari 100 aplikasi terkait pinjaman yang beroperasi di negara Tiongkok.
Menurut Penetrum, TikTok melakukan pelacakan cukup besar pada penggunanya dan data yang dikumpulkan tidak sepenuhnya disimpan di server Tiongkok dengan ISP Alibaba. TikTok melakukan pengambilan data, pelacakan, sidik jari, dan informasi pengguna melalui aplikasinya.