Dari perusahaan retail seperti Miniso hingga Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) seperti Nadjani sudah mulai mengandalkan platform digital untuk mendorong penjualan di tengah pandemi corona. Kedua perusahaan tersebut mencatat adanya peningkatan transaksi melalui e-commerce.
Miniso mencatat adanya kenaikan pesanan 1,3 kali lipat dibandingkan sebelum masa pandemi Covid-19. Permintaan produk tas dan parfum meningkat 30%, peralatan rumah tangga 25%, dan produk elektronik 10%. Miniso menggunakan layanan pengelolaan pesanan atau order fulfillment dari e-commerce enabler, Jet Commerce sejak April lalu.
Selain itu, Miniso juga menggunakan layanan inventory management untuk mengelola 1.800 stock keeping unit (SKU) produk. Melalui kerja sama itu, Miniso mampu optimalkan strategi penjualan mereka.
“Dalam menghadapi berbagai tantangan dan ketidakpastian selama pandemi ini, kami wajib beradaptasi dengan segala perubahan yang terjadi,” kata Yingying Wu selaku E-commerce Marketing Manager Miniso melalui sebuah siaran pers beberapa waktu lalu (14/7).
Sedangkan Webber Chen selaku CEO Jet Commerce Indonesia menilai, pengelolaan inventaris dan pesanan merupakan hal krusial bagi pelaku bisnis di e-commerce.
“Selain bermanfaat dalam efisiensi biaya dan peningkatan arus kas (cash flow), dapat menghindari kerugian akibat stok produk yang kedaluwarsa, rusak, ataupun tidak relevan dengan permintaan pasar,” ujar Webber.
Kemudian, pelaku UMKM di bidang mode (fashion), Nadya Amatullah Nizar pun mencatat adanya peningkatan transaksi melalui e-commerce. Pemegang merek Nadjani ini sudah berjualan online sejak 2013.
“Sekitar 70:30 online dan offline-nya. Tapi tetap saja terasa saat pandemi virus corona, karena harus menutup toko. Tapi, justru penjualan online melonjak,” ujar Nadya saat mengikuti webinar Oke Oce Juni lalu.
Selama masa pandemi, Nadya telah menjual 8.000 baju muslim dan rata-rata semua terjual habis. Padahal, sebelum gunakan e-commerce, penjualan hanya sekitar 5.000 baju dan 500 jilbab yang terjual, dengan omzet Rp 2 miliar per bulan.
“Justru di saat pandemi omzet naik. Bisa Rp 4 miliar per bulan. Ini karena pelanggan setia saya kerja dari rumah, waktu lebih banyak untuk online,” jelas Nadya.
Untuk meningkatkan transaksi, selain berjualan baju muslim Nadya juga berinovasi dengan menjual celemek dan peralatan salat.
“Orang-orang sedang bersiap dengan kondisi new normal, bawa alat salat sendiri,” ujarnya.
Selain sektor retail dan fashion, pelaku usaha bidang kuliner, Toko Organic juga beralih ke e-commerce. Sebelumnya, Toko Organic menutup toko di Bandung dan Tangerang akibat terdampak pandemi. Erick selaku Manajer cabang dari Toko Organic menggunakan layanan TokoTalk untuk membuat toko online.
“Untuk pelaku usaha seperti kami, penting dapat support dari platform yang mudah cara pakainya seperti TokoTalk. Kami bisa langsung pakai dan tidak perlu menghabiskan waktu untuk training admin dan karyawan,” kata Erick di sebuah siaran pers.
Selain itu, Erick juga mencatat adanya permintaan makanan sehat seperti suplemen hingga madu yang makin diminati dan diburu konsumen di e-commerce.
(Indonesiatech)