Pinjaman dari fintech yang diawasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sudah mulai melambat sejak pandemi dimulai. Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) mencatat, pertumbuhan pinjaman fintech dari April ke Mei hanya 3,12% month on month (mom) menjadi Rp 109,18 triliun yang jika dibandingkan tahun lalu dengan perode yang sama pertumbuhannya mencapai 10,87% mom menjadi Rp 41,03 triliun.
Meski begitu, realisasi total penyaluran dana dari Mei 2019 ke Mei 2020 masih terbilang tumbuh 166,03% dari Rp 41,03 triliun menjadi Rp 109,18 triliun.
“Memang masih ada peningkatan penyaluran dari April ke Mei 2020 sebesar 3,12%, namun jika dibandingkan dari April-Mei tahun lalu yang tumbuh 10,87%, peningkatannya melambat. Hal ini karena para penyelenggara fintech P2P lending khususnya sektor multiguna (konsumer) agak mengurangi penyaluran pinjaman baru untuk mengantisipasi gagal bayar,” kata Tumbur Pardede selaku Ketua Bidang Humas dan Kelembagaan AFPI akhir pekan lalu.
Kuseryansyah Ketua Harian AFPI menambahkan, selama masa pandemi ini penurunan terjadi pada sebagian besar platform penyelenggara fintech P2P lending. Namun meskipun begitu, ada beberapa sektor yang mengalami peningkatan penyaluran pembiayaan khususnya di sektor produktif.
AFPI menilai, pembiayaan yang masih bertumbuh Sebagian besar ada pada sub-sektor kesehatan seperti UMKM farmasi dan alat pendukung kesehatan. Sama seperti sub-sektor yang terkait distribusi pangan, produk agrikultur, makanan kemasan.
Adapun pada sub-sektor telekomunikasi dan online ecosystem, juga semakin banyak digunakan untuk kebutuhan sehari-hari dan berpotensi untuk berkembang terus seiring pergeseran perilaku konsumsi masyarakat yang baru.
“Dimasa wabah Covid-19 ini, industri fintech P2P lending akan menjaga kinerja positif dengan selektif menyalurkan pembiayaan khususnya ke peminjam baru. Hal ini mengingat kebutuhan pembiayaan masyarakat sangat besar yakni lebih dari Rp 1.000 triliun dan ini diharapkan fintech P2P lending yang per Mei 2020 tercatat 158 penyelenggara bisa berperan,” kata Kuseryansyah.
Penyelenggara fintech PT Amartha Mikro Fintek mencatat adanya penyaluran pinjaman modal kerja sebesar Rp 645 Miliar sepanjang semester I-2020. Pembiayaan itu telah disalurkan kepada 168.125 pengusaha mikro.
“Penyaluran Amartha pada Semester I-2020 tumbuh 43,87% dibandingkan dengan penyaluran pada Semester I-2019, karena dipengaruhi oleh ekspansi bisnis Amartha ke wilayah Sumatera dan Sulawesi. Secara general, terjadi penurunan pendanaan hingga 60% pada April hingga Mei 2020 akibat pandemi Covid-19. Namun, telah meningkat signifikan pada Juni hingga saat ini,” ujar Andi Taufan Garuda Putra selaku Pendiri dan CEO Amartha.
PT Amartha menargetkan penyaluran pinjaman modal usaha pada lebih dari 150,000 pelaku UMKM pada paruh kedua 2020. Andi mengatakan pihaknya akan membidik pedagang kebutuhan pokok, pedagang sembako dan pedagang makanan.
Andi juga menyebut prospek pertumbuhan UMKM sangat menjanjikan. Seperti beberapa bulan ini, perekonomian di desa tetap tangguh karena resilience atau daya juang yang dimiliki para pelaku UMKM-nya.
(Indonesiatech)