Grab dikabarkan sedang mempersiapkan IPO (initial public offering – penawaran saham perdana) untuk memasuki pasar saham Amerika Serikat pada tahun 2021. Penyedia layanan ride-hailing di Asia Tenggara tersebut akan dapat mengumpulkan modal sebesar US$ 2 miliar atau setara Rp 28,1 triliun.
Dilansir dari Reuters, Grab mempertimbangkan langkah tersebut di tengah minat investor yang kuat untuk IPO. Salah satu sumber Reuters mengatakan bahwa saat ini pasar berada dalam kondisi bagus dan bisnis berjalan lebih baik dari sebelumnya.
Jika bisa masuk pasar saham, Grab akan menjadi perusahaan dengan penggalangan dana terbanyak di Asia Tenggara. Hal tersebut akan memecahkan rekor SEA, perusahaan induk platform e-commerce Shopee, yang melantai di Bursa Efek New York pada tahun 2017 dan langsung mengumpulkan modal sebesar US$ 1,2 miliar.
Grab yang berbasis di Singapura menolak berkomentar tentang potensi IPO.
Rencana IPO ini muncul setelah diskusi merger Gojek tidak membuahkan hasil. Dalam beberapa bulan terakhir, banyak laporan menunjukkan bahwa Grab hampir menggabungkan operasinya dengan Gojek. Namun, kesepakatan itu gagal setelah Anthony Tan, CEO Grab, bersikeras untuk memiliki kendali atas entitas baru tersebut.
Perkembangan ini terjadi bahkan saat Gojek terlibat dalam percakapan paralel dengan Tokopedia untuk kemungkinan merger. Menurut Reuters, Gojek dan Tokopedia saat sedang dalam pembicaraan lanjutan untuk merger senilai US$ 18 miliar menjelang kemungkinan dual listing di Jakarta dan AS.