Harga komoditas batu bara acuan bergerak di zona merah pada pekan ini, setelah selama lima pekan beruntun mengalami penguatan.
Sepanjang pekan ini, harga batu bara acuan di pasar ICE Newcastle (Australia) ambruk hingga 4,1% ke level US$ 107,5/ton secara point-to-point.
Sebelumnya, harga batu bara sempat menguat selama lima pekan beruntun. Sentimen commodity boom pun membuat harga batu bara sempat menyentuh level tertinggi dalam satu dekade terakhir.
Dalam kurun waktu 10 tahun terakhir tercatat harga batu bara turun sejak Juni tahun 2011 dan menyentuh bottom di April 2016. Sepanjang periode 2011-2016 harga batu bara ambles 50% lebih dari US$ 112/ton ke bawah US$ 50/ton.
Setelah bertahun-tahun berada dalam tekanan, harga batu bara akhirnya rebound. Dalam waktu singkat kurang dari satu tahun harga si batu legam bangkit dan tembus level US$ 100/ton.
Namun tak bertahan lama, harga batu bara akhirnya ambles dan menyentuh bottom di bulan Mei 2017. Harga komoditas bahan bakar fosil ini kembali melesat dan membawanya ke atas US$ 100/ton.
Namun sejak September 2018, harga batu bara cenderung downtrend yang dibarengi dengan pengetatan moneter di AS, perang dagang antara AS-China hingga berbagai isu resesi.
Kondisi terparah dialami saat pandemi virus corona (Covid-19) terjadi. Pembatasan aktivitas ekonomi membuat permintaan berbagai komoditas termasuk batu bara ambles. Harga pun sempat longsor ke bawah US$ 50/ton.
Namun kini penguatan harga batu bara tak lepas dari adanya faktor disrupsi rantai pasok. Ketegangan antara China dan Australia membuat Negeri Panda memboikot impor batu bara dari Negeri Kanguru.
Selama ini China banyak mengandalkan pasokan batu bara kokas dari Australia. Namun karena diboikot China mencari negara pemasok lain meskipun harganya mahal. Apalagi kondisi pertambangan batu bara domestik China tengah menghadapi kendala terutama memasuki musim penghujan (plum rain season).
Kebutuhan domestik yang melampaui kapasitas produksi membuat harga batu bara domestik China menjulang tinggi. Kebijakan relaksasi impor kecuali untuk Australia juga membuat harga batu bara global ikut terkerek naik termasuk Harga Batu Bara Acuan (HBA) RI bulan Juni yang tembus US$ 100/ton.
SUMBER
(Indonesiatech)
Komentar