Rabu kemarin (9/6) pemberitaan media massa berisi soal membeludaknya pembeli BTS Meal, menu baru restoran cepat saji McDonald’s (McD) hasil kolaborasi dengan boyband asal Korea Selatan, BTS.
Di Indonesia, McDonald’s Indonesia juga telah merilis menu kolaborasi yang langsung disambut antusias oleh para ARMY atau panggilan khusus untuk penggemar BTS.
Melalui akun Twitter resmi McDonald’s Indonesia, menu tersebut sudah dirilis mulai jam 11 Rabu kemarin. Para pelanggan hanya bisa memesannya dengan aplikasi layanan pesan antar makanan, seperti McDelivery, GrabFood, GoFood & ShopeeFood.
Diketahui, para pelanggan tidak bisa membeli BTS Meal langsung di restoran untuk makan di tempat (dine in) atau bawa pulang (take away). Ini untuk menghindari kerumunan pembeli. Inilah yang kemudian memicu membludaknya pembelian via online yang memuat para pengemudi Gojek (GoFood) berkerumun.
Akibatnya, lebih dari selusin gerai restoran makanan cepat saji McDonald’s di Indonesia ditutup sementara pada Rabu (9/6/2021).
Gerai McDonald’s di Jakarta dan beberapa kota lainnya telah ditempelkan stiker penutupan. Setidaknya terpantau 13 gerai yang dibanjiri pengemudi pengiriman makanan online yang membelikan pesanan BTS Meal.
“Kami menutup sementara empat dari enam gerai McDonald’s di Semarang selama beberapa hari,” kata Fajar Purwoto, kepala Satpol PP Semarang, dikutip dari AFP.
Lantas siapa sebetulnya investor McD di Indonesia?
Situs resminya mencatat, McDonald’s mengklaim merupakan restoran fast food terbesar di dunia yang diawali pada tahun 1955 di California, AS.
Dengan produk unggulan berupa burger bernama Bigmac, McDonald’s hingga saat ini telah memiliki ribuan restoran yang tersebar di lebih dari 100 negara, salah satunya Indonesia.
McDonald’s pertama kali masuk ke Indonesia pada 1991 dengan membuka restoran pertamanya di Sarinah, Thamrin, yang kemudian ditutup pada 10 Mei 2020 karena adanya renovasi gedung oleh manajemen Sarinah.
Pada 2009, PT Rekso Nasional Food (RNF) yang merupakan salah satu anak perusahaan dari Rekso Group menandatangani Master Franchise Agreement dengan McDonald’s International Property Company (MIPCO) yang memberikan izin untuk mengoperasikan semua restoran dengan brand McDonald’s dan membuka restoran baru di seluruh Indonesia.
Perpindahan lisensi ke RNF ini sempat ramai di tahun tersebut saat pengusaha bernama Bambang Rachmadi menuntut McDonalds Corporation karena memberikan lisensi ke Grup Sosro kala itu.
Konflik itu, memicu Bambang, mantan pemilik Bank IFI, memutuskan untuk menyulap 13 gerai McD yang dimilikinya menjadi ToniJack’s, pada awal Oktober 2009.
Setelah mendapatkan lisensi McD dari McDonalds pusat, hingga saat ini RNF telah membuka sekiranya lebih dari 200 gerai McDonald’s tersebar di berbagai kota di Indonesia yang didukung dengan lebih dari 14.000 karyawan di seluruh Indonesia.
“RNF melalui McDonald’s Indonesia selalu berkomitmen penuh menyuguhkan pelayanan yang terbaik bagi pelanggan, menghadirkan kualitas makanan terdepan, serta memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat Indonesia,” tulis situs resmi McDonald’s Indonesia.
RNF adalah anak usaha dari Rekso Group di bawah bendera PT Anggada Putra Rekso Mulia. RNF adalah satu dari sekian banyak anak usaha Grup Rekso.
Situs resmi grup mengungkapkan, selain RNF, anak usaha lainnya yakni PT Sinar Sosro (Sosro), PT Gunung Slamat (produsen Teh Cap Botol), dan beberapa anak usaha di bidang properti dan kemasan.
Adapun Rekso International, divisi di dalam Grup Rekso, bertanggungjawab untuk urusan pemasaran dan penjualan untuk pasar luar negeri.
Adapun bisnis keluarga Sosro ini juga memproduksi beberapa merek minuman terkenal di antaranya The Botol Sosro, Fruit Tea, Country Choice, air Mineral Prim-a, Step, dan TEBS.
Perusahaan ini mengklaim menjadi produsen teh siap minum dalam kemasan botol pertama di Indonesia dan di dunia.
Mengacu sejarah perusahaan, Sinar Sosro resmi didaftarkan pada 17 Juli 1974 oleh Soegiharto Sosrodjojo (generasi kedua keluarga Sosro) di Jalan Raya Sultan Agung KM. 28 kelurahan Medan Satria Bekasi.
Perusahaan ini didirikan oleh Sosrodjojo, dengan tiga penerus yakni Soegiharto, Soetjipto dan Surjanto.
Sebetulnya, perusahaan ini bermula pada 1940. Saat itu keluarga Sosrodjojo memulai usaha di kota Slawi, Jawa Tengah dengan memproduksi dan memasarkan teh seduh dengan merk Teh Cap Botol. Pada 1960, Soegiharto Sosrodjojo dan saudara-saudaranya hijrah ke Jakarta untuk mengembangkan usaha keluarga Sosrodjojo.
Pada 1969, muncul gagasan untuk menjual teh siap minum atau ready to drink tea dalam kemasan botol dengan nama Tehbotol Sosro. Nama tersebut diambil dari nama teh seduh “Teh Cap Botol” dan nama keluarga pendiri yakni “Sosrodjojo”.
Foto: Grup Rekso/sumber: sites-google.com
Grup Rekso/sumber: sites-google.com |
Selain di dalam negeri, Sosro juga merambah pasar internasional di Asia, Amerika, Eropa, Afrika, Australia dan Kepulauan Pasifik. Saat ini, Sinar Sosro memiliki 11 pabrik, lebih dari 160 kantor penjualan dan gudang dan sekitar 8.000 karyawan di seluruh Indonesia.
Pada 2009, Forbes memasukkan Soegiharto Sosrodjojo sebagai salah satu orang terkaya di Indonesia dengan kekayaan bersih US$ 1,2 miliar, mengalahkan Low Tuck Kwong US$ 1,18 miliar, Eddy William Katuari US$ 1,1 miliar, dan Chairul Tanjung US$ 99 juta.
Pada 10 Maret 2010, yang juga sang pewaris dari generasi kedua, Soetjipto Sosrodjojo, meninggal dunia pada usia 77 tahun.
Foto: Sukowati/https://gosipnya.blogspot.com
Sukowati/https://gosipnya.blogspot.com |
Beberapa literatur menyebutkan Soegiharto di Grup Rekso, dibantu lima anaknya yang semuanya lulusan sekolah di luar negeri.
Mereka adalah Peter Soekianto Sosrodjojo, Joseph Soewito Sosrodjojo, Richard S. Sosrodjojo, Kurniati Sosrodjojo dan Sukowati Sosrodjojo. Forbes mencatat lini bisnis konsumen Rekso dipegang putra tertua, Peter dengan andalannya yakni Sinar Sosro. Sementara bisnis minuman rasa, air mineral, dan jus, dijalankan oleh Joseph, sementara RNF dipegang Sukowati.
Adapun Gunung Slamat didirikan oleh keluarga Sosrodjojo pada 1953 setelah mereka menghasilkan teh aromatik pada tahun 1940. Selama periode itu, teh aromatik secara tradisional dikemas dan dikenal sebagai Teh Cap Botol.
Selain teh aromatik, PT Gunung Slamat mulai memproduksi juga teh hitam dan teh hijau dalam kantong teh dan paket teh longgar. Beberapa merek lainnya yakni Teh Cap Botol, Teh Celup Sosro, dan Teh Cap Poci.
SUMBER
(Indonesiatech)
Komentar