Saat ini, stigma yang dirasakan oleh pelaku financial technology (fintech) sebagai rentenir online masih melekat dan masih terus terjadi hingga saat ini. Jenny Wiriyanto selaku CEO Batumbu menanggapi, ia tak menampik soal hal tersebut. Menurutnya, memang ada anggapan bahwa fintech P2P mematok bunga tinggi.
“Saya rasa harus berikan apresiasi OJK karena turut berperan aktif menyelesaikan stigma ini. Kita sebagai P2P tak melepaskan tanggung jawab begitu saja,” ujar dia dalam Fintech Week dengan tema “The Future of Fintech: New Normal Era” di Jakarta, Jumat (25/6/2021).
Menurut Jenny, OJK telah banyak melakukan cara untuk menghilangkan anggapan tersebut. Misalnya dengan dibentuk Satgas Investasi hingga adanya Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI).
“Bagaimana mengkomunikasikan diri, branding itu penting,” kata Jenny menambahkan.
Seiringan dengan itu, Batumbu juga ikut terus melakukan edukasi, salah satunya dengan cara memberikan pemahaman kepada UMKM untuk bisa dalam mengelola kebutuhan dan skala prioritas.
Tercatat hingga Mei 2021, Batumbu telah menyalurkan pinjaman sebanyak Rp 3 triliun. Pinjaman tersebut telah disalurkan melalui 8.000 aplikasi pinjaman dan 66 ribu faktur tagihan.
“Tingkat keberhasilan 100%. Kami sudah menjangkau 19 provinsi,” kata dia.
Sesuai namanya, Batumbu berkonsentrasi memberikan pembiayaan di wilayah Indonesia Timur. Hingga saat ini, market share pinjaman sejak Januari tahun berjalan mencapai 3% untuk seluruh Pembiayaan P2P Lending.
(Indonesiatech)
Komentar