Tulisan ini coba menjawab seberapa mampukah DTS bisa dijadikan andalan dalam upaya membangkitkan perekonomian nasional.
Seperti diktehaui DTS atau Digital Talent Scholarship merupakan program Pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo). Melalui program ini, nantinya peserta dapat mengakses beragam pilihan pelatihan yang bisa berguna untuk industri digital. DTS merupakan program pelatihan pengembangan kompetensi yang telah berjalan sejak tahun 2018.
Khusus pada tahun ini, DTS sengaja didisain untuk menciptakan ekosistem seimbang dalam memaksimalkan peran pentahelix (pemerintah, komunitas/masyarakat, institusi pendidikan tinggi, dunia usaha, dan media) untuk menjadi fasilitator dan akselerator pendukung ekonomi digital.
Hal ini terkonfirmasi dari pernyataan Menteri Kominfo Johnny Plate sendiri.
“DTS 2021 bertujuan meningkatkan keterampilan bidang teknologi informasi dan komunikasi untuk masyarakat umum, utamanya angkatan kerja muda hingga aparatur sipil negara di bidang teknologi informasi dan komunikasi. Program DTS diharapkan dapat meningkatkan produktivitas dan daya saing bangsa di era Industri 4.0,” demikian katanya pada media ini, Kamis, (29/7/2021).
Pelatihan digital ini dinilai Johnny bisa menjadi peluang untuk meningkatkan keterampilan dan daya saing, juga mempertahankan produktivitas masyarakat.
“Kementerian Kominfo berupaya untuk terus memfasilitasi keahlian anak bangsa melalui Digital Talent Scholarship ini agar kedepannya, tidak hanya hadir untuk memenuhi kebutuhan skill di era digital, tetapi sekaligus mempertahankan produktivitas masyarakat secara daring (online),” tegasnya.
Akibat Pandemi, Perekonomian Nasional Lesu
Menurut laporan Kompaspedia, secara umum, pandemi Covid-19 telah berdampak buruk pada ekonomi nasional sepanjang tahun 2020 lalu kendati mulai triwulan tiga 2020 mulai membaik. Kondisi ekonomi nasional itu tampak dari sejumlah indikator perekonomian, seperti pertumbuhan ekonomi, Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU), Indeks Manufaktur (PMI), Retail Sales Index, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK), dan jasa keuangan. Secara umum, laju pertumbuhan ekonomi kita sebesar 6% pada tahun itu.
Sedangkan, pada tahun 2021 ini, pertumbuhan ekonomi kita diprediksi hanya bertumbuh 4,7% akibat wabah yang belum juga usai.
“Indonesia sangat fokus untuk meningkatkan pembangunan infrastruktur di dalam negeri dan hal itu juga turut mendukung prediksi pertumbuhan PDB pada tingkat 4,7 persen tersebut,” kata Asia Lead Economist Oxford Economics, Sian Fenner, dalam siaran pers, Minggu (20/6/2021).
Fenner menuturkan, pertumbuhan mampu tercapai lantaran Indonesia merupakan salah satu negara dengan ekonomi terbesar di Asia Tenggara. Pemulihannya pun diproyeksikan akan lebih stabil dibandingkan dengan negara-negara lain di kawasan, berkat konsumsi rumah tangga domestik yang kuat.
Optimisme Fenner ini selaras dengan laporan Kemenkeu yang mana menunjukkan sentimen positif perekonomian kita pada kuartal kedua 2021 ini.
Dari sisi demand, komitmen Pemerintah dalam PC-PEN mendorong konsumsi Pemerintah tumbuh mencapai 8,06% (yoy). Komitmen ini secara bersamaan telah berhasil meningkatkan konsumsi rumah tangga sebesar 5,93% (yoy) dan konsumsi LNPRT tumbuh juga sebesar 4,12% (yoy). Pembentukan Modal Tetap Bruto juga tumbuh tinggi sebesar 7,54% (yoy) seiring dengan membaiknya kondisi perekonomian domestik yang mendorong kapasitas produksi dunia usaha. Membaiknya perekonomian global juga membuat ekspor tumbuh sangat tinggi sebesar 31,78% (yoy) disusul dengan impor yang tumbuh 31,22% (yoy).
Tekad ingin segera bangkit dan meraih target pertumbuhan ekonomi memutlakkan kerja sama semua pihak. Seperti disinggung di awal, ini akan tercapai apabila pentahelix bergerak sinergis.Maka, dari sisi pemerintah, Kominfo bisa ikut berkontribusi dengan menggalakkan DTS.
Mengapa DTS dinilai mampu mendongkrak laju pertumbuhan ekonomi nasional? Ini ada kaitannya dengan hikmah dari wabah yang sedang melanda. Sebab, dengan dibatasinya interaksi sosial secara ril tatap muka, membuat hampir semuaorang mengalihkan cara berinteraksinya di dunia maya.
Termasuk di sini tentunya adalah praktek jual beli secara digital yang langsung atau pun tidak ikut membawa dampak pada perekonomian nasional.
“Pemaksaan” oleh alam terhadap kita semua untuk beralih ke dunia daring daripada luring membuat tingkat aksesifitas kita terhadap perangkat digital semakin tinggi. Peluang bagi orang-orang yang tadinya eksis berdagang di dunia nyata pun terbuka untuk beralih ke dunia digital.
Jika tidak terampil memang pasti tergerus. Maka dari itu, DTS diselenggarakan Kominfo guna membantu para pelaku ekonomi untuk segera cakap menggunakan perangkat-perangkat digital mereka untuk kepentingan perilaku ekonomi.
Semakin banyak orang mengikuti DTS, semakin meningkat pula angka pelaku ekonomi yang beralih dari luring ke daring dalam menjajakan dagangannya. Dengan begitu, perekonomian nasional turut terbantu untuk segera pulih. Jadi, DTS bisa diandalkan pemerintah dalam hal ini Kominfo untuk turut bantu meraih target pertumbuhan ekonomi nasional.
[Redaksi Indonesiatech]
Komentar