Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) mengatakan, sepekan terakhir hoaks seputar virus COVID-19 varian Omicron semakin bermunculan. Juru Bicara Kominfo, Dedy Permadi mengatakan, survei yang dilakukan Katadata Insight dan Kementerian Kominfo menunjukkan, setidaknya 30 hingga 60 persen masyarakat di Indonesia terpapar hoaks.
Hal tersebut harus menjadi perhatian bersama agar masyarakat tidak terjebak dalam informasi yang keliru.
“Mari semakin cerdas dalam memilah informasi agar angka persebaran COVID-19 terus menurun, menuju aktivitas yang lebih aman dan produktif,” ajak Juru Bicara Kominfo, Dedy Permadi dalam pernyataannya, Minggu (12/12).
Dedy juga menyampaikan, hasil pantauan pihaknya mnyatakan dari 17 isu hoaks seputar COVID-19 yang beredar selama seminggu terakhir, terdapat beberapa contoh hoaks dan disinformasi yang perlu ditangkal bersama.
Pertama, pada 2 Desember tersebar hoaks melalui sebuah gambar tangkapan layar pada situs WHO. Gambar ini memperlihatkan bahwa varian Omicron terdaftar pada November 2020 dan bukan varian COVID-19 terbaru.
“Kedua, pada 3 Desember beredar hoaks melalui sebuah video di media sosial yang mengklaim bahwa penyintas COVID-19 tidak perlu divaksin karena memiliki kekebalan natural,” jelas Dedy.
Ketiga, pada tanggal yang sama, beredar disinformasi di media sosial sebuah poster film berjudul The Omicron, film yang tayang pada tahun 1963.
Keempat, pada 4 Desember beredar disinformasi postingan di media sosial yang membagikan daftar dugaan gejala virus Corona varian Omicron dan menyiratkan bahwa gejala tersebut sebenarnya merupakan komplikasi dari vaksin COVID-19.
Kelima, pada hari yang sama, tambah Dedy, beredar hoaks di media sosial bahwa varian baru Omicron telah dijadwalkan oleh WHO melalui tabel abjad Omicron dengan keterangan bulan Mei 2022.
“Keenam, pada 5 Desember, disinformasi video yang berisikan kumpulan atlet yang jatuh pingsan,dikaitkan dengan efek vaksin COVID-19 membuat masalah jantung atau miokarditis pada olahragawan,” papar Jubir Kominfo.
Menurut Dedy, dengan ditemukannya varian baru seperti Omicron, maka semua pihak perlu waspada terhadap kabar bohong yang beredar.
“Tetap mengikuti kebijakan yang berlaku, dan menggencarkan vaksinasi untuk menekan risiko persebaran COVID-19,” ujarnya.
(Indonesiatech)
Komentar