Perekonomian global dikatakan perlahan-lahan pulih dari pandemi Covid-19. Meski begitu, dampak pandemi akan tetap ada, karena krisis yang telah berlangsung tidak hanya sekadar memengaruhi sisi pasokan (suplly) dan permintaan (demand), namun mengurangi konsumsi dan investasi, serta mempengaruhi rantai pasokan.
Mira Tayyiba selaku Sekretaris Jenderal Kementerian Komunikasi dan Informatika menjelaskan, pandemi telah mengantarkan setiap orang beradaptasi dengan cepat, bekerja dan belajar dari rumah, serta berinteraksi dengan cara yang baru.
“Saat ini semua orang merasa diasingkan, oleh karena itu penggunaan dan kemajuan teknologi digital semakin penting untuk memastikan tidak ada yang tertinggal no one is left behind dan tidak ada pemuda atau generasi yang hilang,” tambah Mira saat membuka Lokakarya Perangkat untuk Mengukur Keterampilan Digital dan Literasi Digital di Yogyakarta, Kamis (19/05).
Sekjen Kementerian Kominfo yang juga menjadi Chair Digital Economy Working Group (DEWG) Presidensi G20 Indonesia menyatakan, pandemi telah mempercepat transformasi digital yang telah berlangsung selama bertahun-tahun.
“Pada tahun lalu saja, ITU memperkirakan sekitar 4,9 miliar orang di seluruh dunia menggunakan internet. Aktivitas digital juga telah diperluas dan diintensifkan karena orang harus beralih ke sarana online untuk bekerja, bertransaksi, berinteraksi, dan belajar,” jelas Mira.
Chair DEWG G20 mengakui, digitalisasi yang telah berlangsung mendorong penciptaan lapangan kerja baru, meningkatkan produktivitas, dan membuka jalur baru untuk pertumbuhan ekonomi yang cepat. Namun ia pun mengingatkan ada sekitar 2,9 miliar orang di dunia masih belum memiliki akses ke internet.
“Dan kondisi lain yang menggambarkan paradoks digital, dari 2,9 miliar orang yang tidak terhubung ke internet, 96 persen tinggal di negara berkembang,” jelasnya.
Seiring dengan terciptanya jenis pekerjaan baru karena digitalisasi dan otomatisasi, Mira menegaskan adanya kebutuhan peningkatan kompetensi pekerja.
“Digitalisasi pada akhirnya juga akan menghilangkan pekerjaan dengan tugas rutin dan manual. Oleh karena itu, semakin banyak pekerja yang membutuhkan reskilling dan upskilling untuk mengejar perubahan besar yang terjadi di bidang pekerjaan mereka,” terangnya.
Sekjen Kominfo meyakini, beberapa negara telah telah menerapkan strategi digital nasional serta memberikan lebih banyak perhatian pada teknologi digital yang sedang berkembang.
“Kita semua bisa setuju bahwa masing-masing pemerintah telah memperkuat pendekatan strategi mereka menuju transformasi digital sebelum pandemi. Beberapa pemerintah telah menerapkan strategi digital nasional serta memberikan lebih banyak perhatian pada teknologi digital,” ungkap Mira.
Dia memberikan contoh Pemerintah Indonesia yang telah mengimplementasikan beberapa inisiatif termasuk gerakan literasi nasional, dan memasukkan kembali teknologi informasi dan komunikasi ke dalam kurikulum sekolah untuk mengatasi potensi ancaman digitalisasi.
“Contoh lain adalah Komisi Uni Eropa yang mengusulkan Rencana Aksi Pendidikan Digital baru 2021-2027 yang menyatakan di antara prinsip-prinsip panduan bahwa literasi digital sangat penting untuk kehidupan. Selain itu, keterampilan digital dasar harus menjadi bagian dari keterampilan inti yang dapat ditransfer dan harus dimiliki setiap orang,” pungkasnya.
(Indonesiatech)
Komentar