Sejumlah negara tengah menghadapi ancaman resesi ekonomi, lonjakan inflasi, dan suku bunga tinggi. Untuk itu, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) dan investor dari kalangan modal ventura membagikan sejumlah saran kepada startup agar tetap bisa tumbuh.
Koordinator Startup Digital Kementerian Kominfo, Sonny Hendra Sudaryana mengatakan, kondisi ekonomi global dan inflasi akan berdampak ke banyak sektor, termasuk startup.
“Ada startup yang menikmati pertumbuhan selama pandemi Covid-19. Kemudian, kondisi ekonomi global sedang buruk, maka perusahaan rintisan harus kalibrasi ulang,” jelas Sonny dalam konferensi pers virtual, Jumat (8/7).
“Perusahaan rintisan kan harus long run. Jadi, sebelum masuk ke product market fit, visinya harus jelas dan jangka panjang,” tambahnya.
Long run merujuk pada istilah runway, yakni panjangnya umur startup. Sedangkan Product Plan mendefinisikan product-market fit sebagai konsep atau skenario ketika para pelanggan suatu perusahaan mau membeli, menggunakan, dan menyebarkan informasi tentang suatu produk.
Jika itu terjadi pada banyak pelanggan suatu bisnis, maka akan mampu mendukung pertumbuhan perusahaan dan meningkatkan keuntungan.
Profesor Thomas R Eisenmann dari Harvard Business School mengungkapkan, 90% startup gagal. Alasan utamanya, karena produk/layanan yang dikembangkan tidak sesuai dengan kebutuhan pasar.
Venture Partner East Ventures Italo Gani juga memberikan empat saran kepada startup dalam menghadapi ancaman resesi ekonomi, lonjakan inflasi, dan tren suku bunga tinggi, di antaranya:
- Pendiri startup harus tetap tenang dan jangan panik. Karena kondisi ini bukan pertama kali terjadi.
- Lebih intens berkomunikasi dengan investor agar startup tahu apa yang harus dioptimalkan.
- Berhati-hati dalam mengatur pengeluaran. Jaga matriks unit ekonomi yang sudah dibuat juga perjatikan Peta jalannya.
- Jangan melakukan pendanaan saat sedang membutuhkan uang. Lebih baik diskusi dengan investor untuk jangka panjang.
(Indonesiatech)
Komentar