Kominfo berikan pelatihan pada generasi muda Papua – Maluku tentang fenomena Fomo (Fear of Missing Out) sebagai syndrom sosial jaman now. Fomo merupakan fenomena yang baru dan sedikit sekali orang yang mengenalinya. Padahal, dari pengertian Fomo tersebut tidak menutup kemungkinan fenomena ini dapat terjadi pada siapa saja yang menggunakan media sosial.
Pelatihan itu diisi oleh para ahli di media digital, dengan beberapa sudut pandang seperti Descha Muchtar, seorang Public Relation & Digital Consultan mengupas dari sudut pandang Budaya Digital, lalu ada Deddy Triawan seorang direktur IT yang memaparkan dari sudut pandang Etika Digital, dan terakhir Denny Abal melengkapi pemaparan dari sudut pandang Etika.
Tema fenomena Fomo diambil karena sangat dekat dengan trend dan keseharian anak muda. Descha menjelaskan, anak muda suka sekali akan tantangan.
“Tantangan inilah yang memicu mereka sehingga minimnya pemahaman hak-hak digital yang bisa mereka dapatkan, kegunaan media digital itu sendiri, batas-batas privasi yang semestinya masih bisa dijaga namun sudah tidak adalagi yang akhirnya timbul perilaku yang sering kita sebut oversharing,” jelas Descha.
“Sebenarnya media digital sendiri sudah menjadi budaya, yang mana merupakan kemampuan individu dalam membaca, menguraikan, membiasakan, memeriksa, dan membangun wawasan kebangsaan, nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan sehari−hari,” lanjutnya.
Menurut Descha, Fomo bisa menjangkiti siapa saja, terutama remaja atau kaum Gen-Z.
“Sindrom FOMO sendiri, antara lain lahir dari kebiasaan para generasi muda yang berlebihan dalam menggunakan media sosial. Seperti yang diawal aku sebut, adanya perilaku oversharing. Dampak buruknya, tidak sedikit anak muda yang terobsesi dengan kehidupan orang lain dan Putusnya hubungan non-virtual yang disebabkan kurangnya atensi saat berkomunikasi,” paparnya.
Dedy Triawan menambahkan, Fomo sendiri sebenernya termasuk salah satu jenis gangguan kejiwaan, yang mana seharusnya kita berinteraksi dengan manusia nyata di jaringan yang lain, bukan sekedar dengan deretan karakter huruf di layar monitor, namun dengan karakter manusia sesungguhnya, dan itu sudah banyak terjadi dikalangan anak muda saat ini.
“Aktifitas positif dengan menggunakan waktu luang seperti membaca untuk menambah pengetahuan, berolahraga atau bahkan berjualan online dan menjadi content creator merupakan cara positif agar terhindar dari fenomena Fomo ini,” pungkas Dedy.
(Indonesiatech)
Komentar