Bitcoin dikabarkan merosot di bawah USD 22.000 atau setara Rp 332,1 juta (asumsi kurs Rp 15.142 per dolar AS) pada Jumat (10/2). Penurunan ini lebih dari 4 persen selama 24 jam terakhir.
Dikutip dari CoinDesk, sebagian besar penurunan terdampak berita raksasa pertukaran kripto Kraken telah setuju untuk menutup program staking cryptocurrency dan membayar denda sebesar USD 30 juta atau setara Rp 454,2 miliar kepada Komisi Sekuritas dan Bursa AS (SEC).
Bahkan, Bitcoin baru-baru ini diperdagangkan di kisaran USD 21.900 atau setara Rp 331,6 juta. Ether (ETH), cryptocurrency terbesar kedua, mengikuti tren BTC, baru-baru ini diperdagangkan turun 4,3 persen menjadi USD 1.569 atau setara Rp 23,7 juta.
Saham terkait kripto Coinbase baru-baru ini juga jatuh 14 persen selama jam perdagangan Kamis. Perusahaan penambang bitcoin Marathon Digital Holdings (MARA) ikut turun 13 persen, MicroStrategy (MSTR) juga turun 10 persen.
Beberapa analis percaya, BTC akan mundur ke titik dukungan di level USD 20.000 dalam waktu dekat karena investor juga resah atas data pekerjaan yang kuat dan kelanjutan kebijakan moneter AS yang hawkish yang akan menghambat pertumbuhan ekonomi.
Meski begitu, ada pula analis yang mengatakan jeda saat ini akan bersifat sementara dan beralih ke lonjakan harga lainnya, mirip dengan tren di tahun-tahun sebelumnya karena pasar muncul dari pasar beruang lainnya.
Sebelumnya, harga BTC pernah anjlok sekitar 60 persen pada 2022 tetapi kembali melemah selama kemenangan Januari. Indikator pasar baru-baru ini seperti pergerakan BTC dalam jumlah besar dari bursa terpusat ke dompet dan pertumbuhan alamat dan transaksi aktif harian menunjukkan persistensi kepercayaan investor jangka panjang menurut laporan kuartal terbaru Messari tentang bitcoin.
(Indonesiatech)
Komentar