Pada peringatan Hari Pers Nasional di Medan, Sumatra Utara, Presiden Jokowi menyatakan kesedihannya karena 60 % belanja iklan di media diambil oleh platform asing.
Oleh karena itu Presiden memerintahkan Menkominfo Johnny Plate untuk segera bertemu dan berunding dengan para pimpinan media untuk mengetahui apa yang bisa pemerintah bantu agar media nasional bisa tetap tegak berdiri. Pemerintah akan membantu media nasional denganmengeluarkan perpres setelah Menkominfo berunding dengan pimpinan media nasional.
Presiden meminta Menkominfo untuk memproses bahan guna Perpres tersebut paling lama satu bulan.
Kepedulian Presiden Joko Widodo kepada insan pers nasional menunjukkan bahwa Presiden ingin semua rakyatnya dari segala profesi dapat menekuni pekerjaannya dengan baik dan mendapatkan hasil yang memadai dari pekerjaan yang mereka tekuni.
Yang menjadi sesuatu yang lucu adalah ketika Pimpinan MNC grup, Harry Tanoesudibyo memberikan tanggapan atas pidato Presiden tersebut.
Harry Tanoesudibyo berterima kasih atas perhatian Presiden dan mengkritisi Menkominfo yang menurut beliau memaksakan Analog Switch Off (ASO). dan menurut Harry Tanoe, Menkominfo memutuskan sendiri soal ASO.
Saya tertawa waktu membaca berita tersebut. Sepertinya Harry Tanoe masih belum bisa move on karena rejekinya hilang gara gara kebijakan tersebut. Sebelum ASO, Harry Tanoe menikmati Frekwensi emas (700 Mhz) dengan biaya yang murah, padahal sudah seharusnya negara mendapatkan penghasilan yang cukup besar atas pemakaian frekwensi emas tersebut.
Harry Tanoe mungkin lupa bahwa kebijakan ASO adalah pelaksanaan dari Omnibus Law di bidang telekomunikasi. Mungkin saat beliau mengatakan bahwa Menkominfo memutuskan sendiri pelaksanaan ASO, beliau lupa akan Omnibus Law.
Atau mungkinkah Harry Tanoe memang sengaja menyalahkan Johnny Plate karena masalah pribadinya dengan Surya Paloh, yang kita tahu sempat berselisih saat dulu Surya Paloh mengajak Harry Tanoe bergabung di Nasdem dan menjadi Ketua Dewan Pakar Nasdem.
Harry Tanoe bergabung di Nasdem pada tahun 2011, hanya setahun karena pada Januari 2013, Harry Tanu kemudian mengundurkan diri karena tidak sejalan dengan Surya Paloh dan kemudian bergabung dengan Hanura sebagai salah satu elit partai.
Harry Tanoe. kemudian mundur dari Hanura karena Wiranto selaku Ketua umum Hanura memutuskan bergabung dengan pendukung Joko Widodo dimana Nasdem juga ada disana.
Rupanya hasrat berpolitik Harry Tanu terus bergejolak sehingga akhirnya mendirikan Perindo.
Sejak awal berdirinya Perindo, kita sudah. Melihat ada perang dingin antara Harry Tanu dan Surya Paloh.
Perang dingin dimulai dengan pemberitaan di MNC Grup milik Hary Tanoe dengan Media Grup punya Surya Paloh. MNC Grup tak pernah memberitakan kegiatan atau acara politik Surya Paloh, demikian sebaliknya Media grup tidak meliput kegiatan Hary Tanoe. Namun, kalau ada yang buruk barulah saling memberitakan.
2016, kembali ramai dengan kasus dugaan korupsi PT Mobile 8 Telecom yang diusut Kejaksaan Agung yang bergulir sejak 2007. Seperti diketahui, Jaksa Agung HM Prasetyo merupakan kader NasDem yang mundur setelah diajukan Surya Paloh dan dilantik Presiden Joko Widodo. Saat kasus ini bergulir, pemilik PT Mobile 8 Telecom adalah Hary Tanoe. Diduga, Ketua Umum Partai Perindo itu memiliki peran yang krusial dalam kasus rasuah tersebut.
Kasus dugaan korupsi ini muncul setelah penyidik Kejagung menemukan adanya transaksi palsu terkait permohonan restitusi antara PT Mobile 8 dengan PT Jaya Nusantara pada periode 2007-2009. Di mana, dalam kurun waktu tersebut, PT Mobile 8 diduga telah memalsukan bukti transaksi dengan PT Jaya Nusantara hingga mencapai Rp 80 miliar.
Apakah serangan Harry Tanu terhadap Johnny Plate adalah bagian dari perang dinginnya: dengan Surya Paloh, penulis tidaklah bisa memastikan tetapi memang kebijakan ASO yang dieksekusi oleh Kominfo telah membuat MNC grup kehilangan penghasilan yang cukup besar, padahal Harry Tanoe sudah berusaha dengan berbagai cara agar ASO bisa dibatalkan atau minimal ditunda, tetapi segala usaha yang dilakukan gagal dan ASO tetap dieksekusi oleh Kominfo.
Hsarry Tanoe Dompleng Jokowi untuk Serang Kominfo
Sejatinya, perusahaan MNC Group cetak laba terus beberapa tahun belakangan ini. Namun, laba itu diperoleh MNC kebanyakan dari stasiun-stasiun televisi. Kuat dugaan bahwa Harry Tanoe selaku boss perusahaan tersebut kuatir kue cuannya tersebut akan tergerus begitu ASO benar-benar diterapkan di seluruh negeri. TV Digital diyakininya bakal mampu menggeser dominasi MNC karena ketika ASO dinonaktifkan, TV Digital pada gilirannya membuka kesempatan bagi siapapun untuk memiliki kanal TV sendiri. Itu artinya daftar pesaing MNC jadi semakin berderet panjang.
Karena itu, dengan memanfaatkan curhat Presiden Jokowi tentang industri media, HT lantas menyerang Kominfo yang mana jadi garda terdepan transformasi digital pertelevisian dalam negeri.
Komentar