Nilai kurs rupiah menguat di penutupan perdagangan hari ini walaupun tren kenaikan suku bunga, khususnya dari The Federal Reserve (The Fed), diprediksi akan berlangsung lebih lama.
Menurut data perdagangan Bloomberg, Senin (20/02), nilai kurs rupiah ditutup menguat 53 poin di posisi Rp15.159 per-dolar Amerika Serikat (AS). Sebelumnya, Jumat lalu (17/02), nilai kurs rupiah ditutup melemah 51 poin di level Rp15.210 per-dolar AS.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, saat ini dolar AS tengah didukung oleh situasi ekonomi yang membuka peluang bagi The Fed untuk menjaga suku bunga tinggi dalam jangka waktu yang lebih panjang.
“Pasar tenaga kerja yang masih ketat, inflasi yang kaku, penjualan ritel yang kuat, dan harga produsen yang lebih tinggi, telah meningkatkan ekspektasi bahwa bank sentral AS harus berbuat lebih banyak dalam menjinakkan inflasi,” papar Ibrahim.
Menurutnya, rupiah bisa menguat dan bertahan dari sentimen suku bunga The Fed karena Undang-Undang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (UU PPSK) yang dirancang untuk menunjang kinerja lembaga keuangan di bawah Kementerian Keuangan (Kemenkeu).
Ada lima pilar dalam implementasi UU yang dinilai Ibrahim menahan hantaman tethadap rupiah, yaitu penguatan kelembagaan, penguatan tata kelola industri, pendorongan akumulasi dana jangka panjang, perlindungan terhadap konsumen, serta literasi dan inklusi keuangan.
Menurut Ibrahim, untuk perdagangan besok, Selasa (20/02), nilai kurs rupiah berpotensi menguat di kisaran Rp15.140-Rp15.210 per-dolar AS.
(Indonesiatech)
Komentar